Postingan

OASE #2

Gambar
  Desember 2018 "Selamat ya, kamu pulang kampung" teman-temanku memberiku ucapan selamat. Siang itu, aku yang tidak tahu apa-apa bertanya-tanya, pulang kampung?  "Wah, Tisa kamu mutasi ke Jogja loh. Seneng ya bisa pulang kampung, sesuai harapan," Sila dengan antusias memberiku ucapan selamat. Dan saat itu, aku baru paham kalau ternyata keputusan mutasi dari perusahaan keluar dan aku dimutasi ke Jogja, sebagaimana pilihanku untuk bisa kembali ke rumah. Rumah, ya rumah. Tapi ada hal yang mereka lupa, perusahaan tempatku bekerja bukanlah perusahaan yang menerapkan seorang karyawan untuk bisa tetap tinggal di satu tempat. Perusahaan ini memiliki banyak cabang di seluruh Indonesia dengan sistem mutasi seluruh Indonesia. Artinya, jika aku dimutasi sekarang ke Jogja, aku hanya akan di Jogja beberapa tahun saja untuk selanjutnya aku akan mengalami banyak perjalanan mutasi lainnya. Senang? Ya, karena aku kembali ke rumah. Sedih? Ya, karena aku tidak ingin secepat ini kembali

CELOTEH DUA HATI #6

Gambar
Menulis itu candu, Maka jangan pernah berhenti menulis First Heart POV Aku menghela nafas kesal, ini sudah lebih dari satu bulan, entah sudah berapa kali aku bolak balik ke bank ini hanya untuk mengecek apakah uangku sudah masuk ke rekeningku atau belum. Tetapi hasilnya nihil. Tidak ada setoran uang masuk sama sekali. Pikiran buruk mulai muncul satu per satu. Tidak tahukah mereka, bahwa aku memerlukan uang tersebut. Mungkin bagi beberapa orang itu bukan nominal yang besar, hanya beberapa ratus ribu saja. Tetapi untukku, itu bisa menyambung hidupku dan keluargaku. Aku memerlukan uang itu, apalagi aku baru saja dipecat dari pekerjaanku. Hidup ini keras kawan. Aku mencoba menghubungi sebuah nomor telepon perusahaan dimana aku seharusnya mendapatkan uang itu. Tidak ada jawaban. Aku coba mengirimkan pesan, sama saja tidak ada balasan. Bahkan mungkin tidak dibaca. Kemana orang-orang itu, apakah mereka sengaja? Apakah mereka berniat menipu? Kesabaranku habis, ini sudah satu bul

HUKUMAN DAN HADIAH

Gambar
pic from psycholoGenie Yogyakarta, Tulisan pertama sejak aku pindah ke Jogja, Pulang ke rumah selalu menjadi impian semua orang... Alhamdulillah... Kali ini bukan ingin cerita tentang kantor baru di Jogja. Keseluruhan, aku menikmati semua waktuku di sini. Menyenangkan. Hukuman dan Hadiah. Ada hal yang sebenarnya menggelitik saraf-saraf kecil di kepalaku. Ada cara berpikir yang sering tidak kumengerti. Bagiku semua hal tidak perlu dipersulit, tapi menjadi rumit ketika pola pikir kita terbalik. Kita lebih sering memberikan hukuman atas sebuah kesalahan daripada memberikan hadiah atas sebuah prestasi. Kita dididik seperti itu sejak kecil, sehingga alam bawah sadar kita selalu terbebani untuk tidak membuat kesalahan. Jangan pernah membuat kesalahan sekecil apapun!!! kita dituntut untuk sempurna. Misalnya begini, dalam dunia kerja, ada yang namanya auditor. Auditor adalah orang yang memeriksa pekerjaan kita. Dalam satu tahun pekerjaan kita, auditor akan mencari kesalahan/

NO TITLE

Gambar
savana bengkol Madiun, Menghabiskan malam ahad di kos... Malam ahad terakhir di tahun 2018 di Madiun... Awalnya berniat mengerjakan LPJ akhir tahun weekend ini, tapi ternyata salah bawa backup data. Daripada bengong, karena semua barang-barang sudah diangkut ke kampung halaman... berakhir dengan menulis saja. Pulang. Atau setidaknya mendekati rumah. Mendekati mutasi dari Madiun ke Jogja membawa banyak perasaan yang tidak kumengerti. Apalagi setelah Jumat kemarin mendapat telepon dari Kasubag Umum Jogja yang memberikan clue mau jadi apa nanti aku di sana. Siap tidak siap aku tahu hal ini sudah masuk dalam perhitunganku sebelumnya. Secara teori dan logika selalu seperti itu, sesuatu yang selalu menjadi kebiasaan dimanapun. Semoga aku mampu dan amanah. Semoga aku bisa menghilangkan ketakutan dan kekhawatiranku. 10 tahun. Bukan waktu yang singkat. Aku masih mengingat jelas pertama kali aku menjejakkan kaki di kota ini. Kota yang dalam waktu 10 tahun ini berkembang cuku

I'M HOME

Gambar
sunset - glagah indah beach Madiun, menikmati keberisikan (musik) diantara kesunyian (ruangan)... finally... I'm home...  Alhamdulillah... 07 Desember 2018, Aku sedang sibuk dengan kertas dan pekerjaan yang 4 tahun ini telah menjadi rutinitasku. Jumat berkah. Selalu saja hari Jumat. Ada desas desus mutasi hari ini. Tapi tidak ada bayangan dan pikiran apapun. Akhir-akhir ini memang merasa lelah dan anti klimaks dengan apa yang kulakukan. Rutinitas dan tugas yang begitu-begitu saja, melihat teman silih berganti datang dan pergi. Entah sudah berapa banyak kumelihat teman yang datang dan pergi karena mutasi. Teman-teman terbaik yang mengajari tentang penerimaan dalam hidup ini. "NRIMO" Dan mungkin ini adalah saat dimana waktuku untuk kembali. Mutasi ke Jogja. Hal yang hanya ada dalam angan selama 1 dekade ini. Tidak pernah berharap banyak. Senang? Ya, tentu saja. Sedih? Aku tidak tahu... so much feeling ... terlalu banyak perasaan tidak bisa kumengerti. Ada o

DELIA

Gambar
part. 2 cerita sebelumnya  part. 1 pic from here Kampung ini cukup menyenangkan. Entah sudah berapa lama aku tidak kembali ke kampung halaman. Melihat kampung ini, mengingatkanku pada kampung halaman. Ini sudah hampir 20 bulan sejak Delia dan suaminya memilih resign dari pekerjaannya. Bukan sesuatu yang kebetulan aku berada di sini. Aku sengaja menyempatkan diri ke sini karena aku merindukan Delia. Sejak Delia memutuskan resign ikut suaminya kembali ke kampung halaman menemani sang ibu yang tinggal sendirian, ada suara-suara yang mengganggu kepalaku. Aku berusaha menikmati rutinitasku bersama teman-teman lain, tapi tidak memberikan ketenangan atas kegelisahanku. Tidak terlalu sulit untuk menemukan alamat Delia. Seperti kebanyakan orang di kampung, kalian bisa dengan mudah menanyakan seseorang kepada siapapun tanpa khawatir orang itu tidak mengenal orang yang kalian tanyakan. Hal ini sangat berbeda ketika aku memasuki duniaku sekarang di kota. Aku bahkan tidak meng

BAPAK

Gambar
Madiun, Memaknai kembali tujuan hidup kita... "Besok pagi ada tugas ke luar kantor Bu, masalah yang kemarin belum beres juga padahal sudah Bapak serahkan kepada Pak Natan. Sepertinya Bapak harus ikut turun tangan biar lekas selesai," malam itu Bapak berkeluh kesah pada Ibu. "Yang sabar Pak, namanya juga pekerjaan. Dijalani dengan ikhlas, insyaallah selesai," Ibu memberikan semangat pada Bapak. Usiaku masih 3 tahun bulan depan, dan aku tidak paham. Pagi-pagi buta Bapak pergi ke kantor seperti biasa, berpamitan pada Ibu setelah meminum secangkir kopi. Tidak ada yang aneh hari itu. Kakak-kakakku tidak di rumah karena sudah bekerja keluar kota, aku hanya bermain air sembari menunggu Ibu mencuci dan memasak.  Selesai mencuci dan memasak Ibu memintaku mandi. Layaknya anak lain, aku suka bermain air saat mandi. Berendam di ember sembari main hewan-hewan dari plastik kesukaanku. Sekitar pukul 11.00 ada telepon berdering. Ibu mengangkatnya. Aku masih asyik ber