KETUA DEWAN (end)
“Niat baik yang tulus Insyaallah akan selalu berakhir dengan baik. Jika kamu tidak terpilih, bukan berarti kamu tidak bisa ikut memajukan kampus. Bukan berarti perjuanganmu sia-sia. Siapkah kamu menjaga amanah? Itu yang harus kita koreksi lagi” Jari-jariku lemas. Aku ingin membalas komentar Dinara, tapi kuurungkan. Kucari nama Dinara di ponbuk-ku. “assalamu’alaikum..” suara Dinara diseberang telepon. “wa’alaikumsalam…” aku sedikit gugup. “ada apa Bany?” suaranya renyah dan ringan seolah tak ada beban. “um… Din, kamu benar… maafkan sikapku di kampus tadi” Aku ragu untuk mengatakannya. “tak apa. Aku maklum kok. Kakakku juga sudah bisa menerima kekalahannya” Dinara seperti biasa selalu tenang. Aku hanya diam sesaat, entah kenapa aku ingin menangis. “oya Bany… aku mau jujur sama kamu, tapi jangan bilang kakakku ya… sebenarnya, aku tadi memilih kamu. Walopun aku tahu sejak awal, kalo kamu tidak akan terpilih, hehehe” Aku tersenyum, dan air mataku menetes. Aku salah...