Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2012

Celoteh Dua Hati #2

Gambar
pic from narutorealm.wordpress.com "aku minta maaf" Dea sedikitpun tak berani menatap Lea. "kau pikir itu mudah dimaafkan?" Lea terlanjur sakit hati. "terus aku harus gimana? semua sudah terjadi" Dea tahu, menyesalpun percuma. Waktu tak bisa kembali lagi. "Makanya, kalau mau bertindak itu dipikir dulu. Kamu terlalu arogan" Lea benar-benar kesal. Mereka meninggalkan tempat itu masing-masing tanpa penyelesaian. Dea POV Apa yang harus kulakukan? semua sudah terjadi. Aku tak menampik, kalau aku melakukan hal itu awalnya hanya untuk senang-senang. Tapi aku benar-benar ingin minta maaf, semua sudah terjadi. Jika waktu bisa diputar ulang dan aku tahu kejadiannya akan seperti ini, aku tidak akan melakukan hal itu. Ini bukan masalah besar. Cepat atau lambat semua orang akan melupakannya, tak perlu diperpanjang. Semua telah terjadi, diperpanjangpun hanya akan memperumit masalah bukan menyelesaikan masalah. Aku benar-benar menyesal, sean

Celoteh Dua Hati

Gambar
pic from styledip.com Senja menguning di kota ini,salah satu SPBU tampak sangat ramai dan penuh antrian. Seorang nenek tengah duduk didekat SPBU ditemani tongkat kayu dan gelas plastik bekas air mineral. Beberapa pengisi bahan bakar berbaik hati memasukkan keping maupun lembar rupiah ke dalam gelas sang nenek. Seorang wanita yang kebetulan juga sedang mengantri bahan bakar memasukkan selembar uang lima ribuan ke gelas sang nenek. 'kasian nenek itu, sejak aku pindah ke kota ini 10tahun lalu hingga sekarang masih saja jadi pengemis. Dimana suaminya? Dimana anak-anaknya? Sebegitu tak pedulikah mereka pada nenek itu?' sang wanita merasa iba. Sang nenek yang mendapat selembar lima ribuan tampak sangat bahagia. Jarang sekali orang memberinya uang sebanyak itu. Tentu saja dia tahu siapa yang memberinya, wanita itu sering mengisi bahan bakar di SPBU ini. Terkadang dia bersama suami dan anaknya. Sudah beberapa tahun lamanya sang nenek mengenal wanita itu meskipun tidak per

BUKAN SEKEDAR CINTA #2

Gambar
Jam pertama hari ini adalah olahraga. Seperti biasa, aku dan teman-temanku di kelas VII-3 saling berebut kamar mandi untuk berganti kostum pakaian olah raga. "Diva, cepetan... dah mulai nih" aku dan beberapa anak ribut menggedor pintu kamar mandi karena belum mendapat bagian untuk ganti pakaian olah raga sementara jam sudah menunjukkan pukul 7 tepat, itu artinya pelajaran olah raga hari ini sudah dimulai, dan kalau aku datang terlambat pasti dihukum berlari keliling lapangan dua putaran. Sebenarnya ada beberapa kamar mandi di sekolah ini, ada 10 lebih tapi karena ada di masing-masing sudut sekolah, dan sekolah ini cukup luas... kami sering malas untuk ke kamar mandi lain. "iya iya ah, baru juga masuk udah ribut" Diva tampak kesal. Aku tersenyum minta maaf, dan buru-buru masuk ke kamar mandi. "Indy, tunggu... aku ikut dong!!!" Aku belum sempat menutup pintu kamar mandi ketika Bulan, teman sekelasku ingin barengan ganti pakaian. "ya ud

BUKAN SEKEDAR CINTA

Gambar
Aku tidak tahu bagaimana awalnya, tapi sejak aku mampu mengingatnya kami berlima sudah menjadi teman baik. Inilah persahabatan masa sekolah yang indah. Masa sekolah menengah pertama, sekaligus masa dimana kami merasakan cinta pertama, yang sering disebut cinta monyet. "Jadi, bagaimana dengan Bintang? Kau menyukainya?" Mia membuat Reha tersipu. Aku sendiri, kurasa memang sedikit lambat menangkap masalah mereka. Sedang Farah dan Nirmala sepertinya jauh lebih dulu mengerti soal itu. "Tapi dia sangat pemalu, kalian tahu itu" Reha menjawab. Bintang, teman sekolah kami berlima. Kami satu sekolah walaupun berbeda kelas. Aku di kelas VII-3 sedangkan Mia, Reha, dan Nirmala di kelas VII-2 dan Farah di kelas VII-4. Dan Bintang sendiri, dia satu kelas dengan Mia, Reha, dan Nirmala. Jujur, aku tidak begitu tahu yang namanya Bintang ini. "Bintang siapa?" mungkin aku membuat suasana serius ini menjadi sedikit berubah dengan pertanyaan konyolku. "In

KERETA SENJA

Gambar
stasiun gambir, Jakpus Aku terburu-buru memasuki pintu peron selatan stasiun tugu Jogjakarta, kutunjukkan kartu identitas dan tiket keretaku. Ah, seperti biasa selalu saja datang tepat waktu yang membuatku selalu terburu-buru. Bapak berbaju hijau dan berkopiah itu tersenyum padaku, "koran mbak" aku melihat ke arahnya dan kusempatkan membeli Jawa Pos untuk teman diperjalanan. Jalur 2. Aku menuju jalur 2 dimana keretaku telah siap di sana. Kereta 1 seat 9D. Kulewati kursi satu per satu, seorang bapak yang sedang sibuk mengangkat barangnya dan menaruhnya di bagasi beserta dua orang anaknya yang masih kecil. Aku tersenyum kecil pada dua bocah yang menatapku sambil bercanda itu. Menggemaskan, kebahagiaan dan harapan orang tuanya. Kursi masih kosong, mungkin orang yang duduk di sebelahku naik dari stasiun solo. Aku duduk dan menaruh lemon tea ice yang kubeli sebelum masuk kereta. Tasku yang memang hanya tas tanpa isi kuletakkan begitu saja. Aku menatap keluar jendela. Ras