KETUA DEWAN (part. 2)
Aku
sebenarnya juga tidak berminat dengan pemilihan ketua dewan ini. Tapi entah
kenapa tiba-tiba aku termakan rayuan mereka untuk mengajukan diri. Dengan
kata-kata manis mereka, aku maju juga ke pemilihan ini.
“Kalo
Bany, pasti bisa menang… kamu cerdas, baik, dan juga supel. Siapa yang tidak
akan memilih kamu”
“Iya,
Ban… gak perlu keluar duit, pasti juga anak-anak pilih kamu”
“demi
kemajuan bersama Bany”
Ah…
kata-kata manis itu sekarang terasa sangat pahit. Kenyataannya mereka lebih
memilih Kinara. Kinara yang cantik dan terkenal di kampus karena putri tunggal
pemilik yayasan. Kinara yang kampanye tiada henti pasang poster dimana-mana.
Mentraktir semua mahasiswa yang makan di kantin, bahkan memberi mereka uang
sekedar untuk transport. Padahal semua tahu bagaimana isi kepala Kinara.
Presentasiku
yang kusiapkan sebelumnya terasa tidak berharga sama sekali. Aku kecewa, sangat
kecewa. Bukan hanya karena aku merasa dikhianati, tapi lebih dari itu.
Bagaimana aku tidak kecewa. Dari suara yang ada aku hanya mendapat 0,89% suara
saja. Sisanya? Kinara menang dengan 57,18% suara sedang Dea mendapatkan 41,93%
suara. Aku benar-benar merasa dikhianati. Dimana teman-temanku yang terus
memintaku untuk ikut pemilihan ini? Ini membuatku malu.
“hati
nurani sekarang bisa dibeli..!!!” aku mengupdate status fb-ku. Kupejamkan
mataku hanya untuk menenangkan perasaanku.
‘ping’
Ku
lihat ada beberapa komentar di statusku
“kenapa
sis? Yang sabar ya…”
“sekarang
manusia lebih cerdas. Tidak semua hati nurani bisa dibeli”
Ku
reply komentar itu.
“biasa.
Banyak orang munafik di sekitar kita”
“cerdas?
Are u sure? Kenyataannya masih banyak yang bisa dibeli. Mereka lupa siapa yang
mereka mintai tolong disaat mereka perlu”
Ping.
Kulihat ada komentar yang muncul lagi.
“Sportif
dan dewasalah!!!!”
Darahku
mulai naik. Sportif? Dewasa? Sportif yang bagaimana? Kepalaku seketika diisi
oleh banyak kemarahan dan kekecewaan, apalagi saat kulihat yang komentar itu
adalah Dinara. Dinara sahabat baikku.
“Aku
sportif jika mereka juga sportif. Mereka yang tidak dewasa” aku mencoba tidak
emosi
Tak
lama, Dinara memberikan komentarnya lagi.
“Darimana
kamu tahu mereka tidak sportif?”
Aku
cepat-cepat membalas “Semua juga sudah tahu hal itu. Mereka disuap”
Dinara
reply “Kamu yang terlalu naif Bany…”
Aku
sedikit tersinggung, apa maksud Dinara.
- tbc - Pooh Corner: KETUA DEWAN (end)
Madiun, September ceria ^^
Komentar
Posting Komentar