KETUA DEWAN (end)



“Niat baik yang tulus Insyaallah akan selalu berakhir dengan baik. Jika kamu tidak terpilih, bukan berarti kamu tidak bisa ikut memajukan kampus. Bukan berarti perjuanganmu sia-sia. Siapkah kamu menjaga amanah? Itu yang harus kita koreksi lagi”
Jari-jariku lemas. Aku ingin membalas komentar Dinara, tapi kuurungkan. Kucari nama Dinara di ponbuk-ku.

“assalamu’alaikum..” suara Dinara diseberang telepon.
“wa’alaikumsalam…” aku sedikit gugup.
“ada apa Bany?” suaranya renyah dan ringan seolah tak ada beban.
“um… Din, kamu benar… maafkan sikapku di kampus tadi” Aku ragu untuk mengatakannya.
“tak apa. Aku maklum kok. Kakakku juga sudah bisa menerima kekalahannya” Dinara seperti biasa selalu tenang. Aku hanya diam sesaat, entah kenapa aku ingin menangis.

“oya Bany… aku mau jujur sama kamu, tapi jangan bilang kakakku ya… sebenarnya, aku tadi memilih kamu. Walopun aku tahu sejak awal, kalo kamu tidak akan terpilih, hehehe”
Aku tersenyum, dan air mataku menetes. Aku salah menilai Dinara. Aku ingat betul, saat pertama kali aku mengutarakan keinginanku untuk ikut pemilihan ini, Dinara memintaku untuk memikirkannya lagi. Saat itu, kupikir Dinara hanya tak ingin kakaknya mendapat saingan. Tapi ternyata aku salah. Dinara tahu, pemilihan ini tidak akan berjalan dengan baik seperti yang kuinginkan. Kata-kata manis teman-temanku semuanya menjadi pahit setelah mereka menerima imbalan dari Kinara.

“Bany….” Dinara membuatku tersentak
“Ya Din…”
“Kebaikanmu sama teman-teman tetaplah kebaikan, jangan sampai kamu kehilangan pahalanya hanya karena mereka tidak memilihmu. Allah swt tahu yang terbaik. Menjadi ketua dewan bukan amanah yang sepele. Mungkin Allah swt masih ingin menjagamu dari sebutan munafik” Dinara sedikit ragu di akhir kalimatnya.
“Iya Din. Terima kasih” aku tak tahu ingin mengatakan apa.
“Tapi…. Bukan berarti orang yang tidak memilihmu adalah munafik” Dinara tampak ragu. Aku mengerti maksudnya.
“Iya Din. Maaf… aku emosi tadi. Ya udah, aku mau sholat dulu. Banyak-banyak istighfar” aku mengakhiri pembicaraanku dengan Dinara.
“Siiip… assalamu’alaikum”
“wa’alaikumsalam”

-------

Aku bersujud lama siang itu. Mohon ampunan sebanyak-banyaknya. Aku harus lebih ikhlas. Berbuat baik pada orang lain, semata-mata karena Allah swt. Bukan karena berharap suatu hari ketika aku perlu bantuan, mereka juga berbuat baik padaku. Tak ada pertolongan yang lebih baik daripada pertolongan Allah swt. Pasti ada jalan untuk pertolongan yang dikirimkan Allah swt pada kita. Aku berusaha menerima kekalahan, dan memperbaiki niatku. Jika niatku memang karena ingin ibadah, seharusnya aku tidak menggerutu dengan kekalahan ini atau mencaci teman-temanku yang tidak memilihku. Bukankah iman itu sebagian adalah sabar dan sebagian lagi adalah bersyukur. Ya Rabb, ampuni aku yang naif ini.

-end-


Madiun,
Diantara nada-nada 'Run To You'
I wanna run to You....!!!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

FRIENDSHIP

SUBHANALLAH.., AKU MENCINTAINYA,,,

TEROR HANTU