Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2013

KETUA DEWAN (end)

“Niat baik yang tulus Insyaallah akan selalu berakhir dengan baik. Jika kamu tidak terpilih, bukan berarti kamu tidak bisa ikut memajukan kampus. Bukan berarti perjuanganmu sia-sia. Siapkah kamu menjaga amanah? Itu yang harus kita koreksi lagi” Jari-jariku lemas. Aku ingin membalas komentar Dinara, tapi kuurungkan. Kucari nama Dinara di ponbuk-ku. “assalamu’alaikum..” suara Dinara diseberang telepon. “wa’alaikumsalam…” aku sedikit gugup. “ada apa Bany?” suaranya renyah dan ringan seolah tak ada beban. “um… Din, kamu benar… maafkan sikapku di kampus tadi” Aku ragu untuk mengatakannya. “tak apa. Aku maklum kok. Kakakku juga sudah bisa menerima kekalahannya” Dinara seperti biasa selalu tenang. Aku hanya diam sesaat, entah kenapa aku ingin menangis. “oya Bany… aku mau jujur sama kamu, tapi jangan bilang kakakku ya… sebenarnya, aku tadi memilih kamu. Walopun aku tahu sejak awal, kalo kamu tidak akan terpilih, hehehe” Aku tersenyum, dan air mataku menetes. Aku salah

KETUA DEWAN (part. 2)

Aku sebenarnya juga tidak berminat dengan pemilihan ketua dewan ini. Tapi entah kenapa tiba-tiba aku termakan rayuan mereka untuk mengajukan diri. Dengan kata-kata manis mereka, aku maju juga ke pemilihan ini. “Kalo Bany, pasti bisa menang… kamu cerdas, baik, dan juga supel. Siapa yang tidak akan memilih kamu” “Iya, Ban… gak perlu keluar duit, pasti juga anak-anak pilih kamu” “demi kemajuan bersama Bany” Ah… kata-kata manis itu sekarang terasa sangat pahit. Kenyataannya mereka lebih memilih Kinara. Kinara yang cantik dan terkenal di kampus karena putri tunggal pemilik yayasan. Kinara yang kampanye tiada henti pasang poster dimana-mana. Mentraktir semua mahasiswa yang makan di kantin, bahkan memberi mereka uang sekedar untuk transport. Padahal semua tahu bagaimana isi kepala Kinara. Presentasiku yang kusiapkan sebelumnya terasa tidak berharga sama sekali. Aku kecewa, sangat kecewa. Bukan hanya karena aku merasa dikhianati, tapi lebih dari itu. Bagaimana aku tid