DOMINO EFFECT #2
"Detak-detak nada berirama
mengiringi dag dig dug hati
hentakan hati seirama dengan birama
Menenangkan....."
mengiringi dag dig dug hati
hentakan hati seirama dengan birama
Menenangkan....."
Aku menutup hidungku dengan tisu. Sedikit terbatuk kecil. Apa boleh buat, aku tidak tahan dengan asap rokok. Sesak. Pria paruh baya yang barusan naik ke bus ini tanpa peduli seberapa banyak orang berjejal di bus kecil ini masih saja merokok. Mengingatkan? Aku bukan tipe pemberani yang bisa dengan bijaksana mengingatkan pria paruh baya tersebut. Hanya terbatuk kecil sambil menutup hidung, benar-benar batuk bukan sekedar sindiran. Bus yang sesak bertambah sesak, segala aroma bercampur. Percuma aku tadi mandi dan memakai parfum. Kucoba mengalihkan pandanganku ke jendela, mencari udara segar.
"terminal... terminal" suara kondektur terdengar lantang dan bersemangat meskipun wajahnya legam dan licin seperti minyak goreng bekas menggoreng ikan asin. Demi sesuap nasi yang halal. Beberapa orang masuk ke bus. Aku tak mengerti kenapa masih saja bus kecil tua ini dijejali penumpang padahal di dalam bus sudah sangat sulit untuk bergerak. Sang surya tampak sangat ceria di luar sana. Aku menghapus peluh di dahiku. Berapa lama lagi aku harus terjebak di bus ini.
"bruk" kondektur bus tampak sibuk menata barang-barang penumpang. Keranjang sayuran, ember besar berisi tahu, dan segala macam barang dagangan. Rupanya aku berhenti di sebuah pasar tradisional. Seorang nenek masuk dengan kelimpungan, badannya yang sudah tidak tegak lagi mencari pegangan. Itulah sang empunya barang. Aku berdiri secara spontan, memberikan tempat dudukku. Baik? Ah, tidak kawan. Itu hanya manner, selebihnya karena aku memang sudah mulai bosan duduk di kursi keras ini. Belum lagi asap rokok dari pria paruh baya yang berdiri di depanku. Dengan memberikan kursiku pada sang nenek, kupikir kakiku bisa sedikit mendapat ruang longgar dan aku bisa menghindari asap rokok dari pria paruh baya. Benar saja, aku bisa sedikit lega dengan berdiri dan mencari tempat lebih jauh dari pria paruh baya berasap rokok.
Aku berdiri menjauh dari pria paruh baya berasap rokok. Tapi, tunggu. Pria paruh baya berasap rokok menoleh ke arahku, melihatku terbatuk kecil dengan tisu masih menutupi hidungku. Dan pria paruh baya tersebut entah karena apa membuang puntung rokoknya keluar jendela setelah sebelumnya mematikan bara apinya. Tidak boleh dicontoh, karena membuang sampah sembarangan. Pria paruh baya itu tersenyum ke arahku setengah mengangguk seolah berkata 'Maaf... Sekarang puntung rokoknya sudah saya matikan' aku agak canggung, kubalas dengan sedikit senyum dan sedikit anggukan seolah mengatakan 'oke. tidak apa-apa'. Aku terkesima. Percaya atau tidak, inilah yang kusebut domino effect. Satu perbuatan, akan membawa pada perbuatan lainnya. Bisa jadi, pria paruh baya tersebut melihatku memberikan tempat duduk kepada sang nenek, yang membuat hatinya luluh dan ingin berbuat baik dengan mematikan puntung rokoknya. Tanpa ada perkataan apapun, hanya dengan tindakan semua terselesaikan dengan baik. Padahal pria paruh baya tersebut sejak masuk ke dalam bus tahu betul bahwa aku terganggu dengan asap rokoknya. This magic. Sekecil apapun perbuatan kita, akan berdampak pada perbuatan yang lain. Lagi dan lagi, kali ini aku diajari kembali oleh pria paruh baya dan seorang nenek. Tks Rabb ^_^
"Degup jantung tak beraturan
Seolah bass sedang dimainkan
Berhenti pada birama ketukan
Menenangkan...."
Komentar
Posting Komentar