FRIDAY'S CORNER

big apple
Madiun,
Gao su wo, zhe me neng wang ji ni de xiao rong
Gao su wo, zhe me zuo cai shi pu tong pen you
Jia ru ni yong xin shou hou bu hui shi zhe ge jie guo
Ni suo de wo dou dong wo que bu neng guo jiu ze yang fang shou
-gao su wo by danson tang-


Alhamdulillah Jumat... Semoga semakin membawa keberkahan.
Danson tang, seorang model, aktor, dan juga penyanyi asal Taiwan. Entah sejak kapan aku mulai menyukai lagu-lagunya, cocok dengan suara dan karakternya, dan juga suka dengan caranya berakting di drama, sangat baper waktu dia main di Rolling Love bersama Jiro wang dan Genie zhuo. Hahaha, ini jauh sekali dengan kebanyakan aktor favorit saya yang rata-rata laki-laki kuat dengan otot-otot di tangannya, berkulit gelap, dan juga berbadan kotak-kotak. Entahlah, hanya danson tang ini saja cowok feminim yang saya suka. Menurut saya ,dia cute dengan penampilan feminim dan jaga image-nya. Terkadang saya bisa anti-mainstream juga. Hmm... kenapa saya jadi membahas Danson tang. It's not me. Hehehe.

Oke, sebenarnya bukan Danson tang yang ingin saya tulis kali ini. Saya hanya ingin mengoceh seperti biasa. Mengoceh di hari Jumat karena kebetulan atasan saya sedang ke luar kota untuk tugas kantor dan saya sedang merasa bosan di kantor sendirian (kebetulan teman satu ruangan juga sedang ada tugas di luar kantor). Ini tidak untuk ditiru. Sifat malas saya yang tidak hilang-hilang juga. Jadikan saya contoh yang buruk untuk kemalasan saya. Ingat, hanya kemalasan saya saja, karena saya yakin ada hal baik lain yang bisa kalian ambil. Ini hanya pembenaran diri saya sendiri, hehehe. Jadi, ini adalah tentang pikiran negatif saya. Saya seringkali men-judge seseorang yang saya belum kenal hanya dengan satu kondisi saja. Ini juga menjadi pengingat saya lagi untuk tidak berprasangka negatif terhadap orang lain. Pekerjaan saya sekarang adalah mengurusi uang yang bukan milik saya. Saya hanya menampung dan memberikan uang-uang itu kepada yang berhak. Jadi, Desember tahun lalu, ada e-auction (lelang via internet) dimana para peserta lelang diharuskan menyetorkan uang jaminan lelang sebelum mengikuti lelang tersebut. Apabila peserta lelang tidak ditunjuk sebagai pemenang, sudah menjadi kewajiban saya untuk mengembalikan uang jaminan milik peserta lelang yang tidak ditunjuk sebagai pemenang. Dalam hal ini, sesuai aturan yang berlaku saya harus mengembalikan uang jaminan tersebut kepada peserta lelang yang berhak, dalam artian saya hanya bisa melakukan transfer pengembalian uang jaminan ke rekening atas nama peserta lelang. Meskipun aturannya jelas, tidak jarang peserta lelang memberikan nomor dan nama rekening yang bukan miliknya. Saya tidak tahu alasannya, tetapi hal ini membuat saya mau tidak mau harus menghubungi mereka sesuai prosedur, tentu saja pekerjaan saya juga menjadi terganggu. Proses pengembalian uang jaminan menjadi tertunda, dan pembukuan saya menjadi tidak bisa nihil. Kembali pada e-auction Desember lalu, ada satu peserta lelang yang melakukan itu. Otomatis saya mencoba menghubungi peserta tersebut, satu kali, dua kali, tiga kali telepon saya tidak diangkat. Oke. Kalau tiga kali mengetuk pintu saat kita bertamu dan tuan rumah tidak membukakan pintu, artinya kita harus kembali dan berkunjung lain kali. Tiga kali saya menelepon tidak diangkat,  akhirnya saya memutuskan untuk menghubungi sorenya lagi. Sore harinya saya hubungi masih tidak ada jawaban, saya memutuskan untuk mengirimkan email ke peserta lelang tersebut. Dengan harapan peserta lelang tersebut akan membaca email saya, lagipula saya berpikir kalau nanti peserta lelang itu pasti menghubungi kantor menanyakan uang jaminannnya yang belum juga dikembalikan. 

Seminggu, dua minggu, tidak ada kabar dari peserta lelang tersebut. Saya juga sudah mulai repot dengan pekerjaan saya sehingga belum sempat untuk menghubungi peserta lelang itu lagi. Sekitar bulan Januari, peserta lelang tersebut akhirnya menghubungi kantor dan disambungkan ke saya. Menanyakan uang jaminannya yang belum kembali ke rekeningnya, saya menjelaskan persoalan dan kendala kenapa saya belum mengembalikan uang jaminan tersebut. Solusinya, saya meminta nomor rekening dengan nama rekening peserta yang bersangkutan. Simpel. Mudah. Masalah selesai. Tetapi, seperti peserta lelang yang tidak sedikit saya jumpai, mereka selalu berdalih 'di kantor lain bisa meskipun nama rekening tidak sama dengan nama saya mbak'. Saya tidak mau ambil pusing tentang pernyataan ini, sudah sangat sering saya mendengarnya, entah pernyataan ini bisa dipertanggungjawabkan atau tidak saya tidak mau mempersoalkannya. Biasanya pernyataan ini justru datang dari peserta lelang yang sudah sering ikut lelang. Saya tidak mengerti, mereka berpura-pura tidak tahu atau memang tidak tahu bahwa aturan lelang itu jelas. Pengembalian uang jaminan lelang harus kepada peserta lelang. Saya tidak peduli itu rekening ayahnya, ibunya, kakaknya, adiknya, suaminya, istrinya, anaknya, atau apapun hubungannya dengan peserta lelang kalau bukan rekening milik peserta lelang, saya tidak bisa mengembalikan uang jaminan tersebut. Saya yang akan disalahkan apabila ternyata uang tersebut tidak kembali kepada peserta lelang, saya hanya tahu bahwa uang jaminan lelang tersebut disetorkan atas nama peserta lelang sehingga saya juga mengembalikannya kepada peserta lelang. Bukan kepada nama lain selain peserta lelang bersangkutan. Seperti biasa, saya memberikan pernyataan bahwa saya hanya akan mengembalikan uang jaminan tersebut kepada peserta lelang. Mau tidak mau, akhirnya peserta lelang tersebut mengalah dengan menuruti syarat dan ketentuan yang berlaku, saya juga menyarankan untuk mengganti nama rekening dan nomor rekening yang dia daftarkan di aplikasi lelang. Tujuan saya supaya ke depannya apabila dia mengikuti lelang lagi, tidak perlu ada kendala seperti ini. Tetapi jawabannya cukup mengejutkan saya 'kalau saya harus merubah nama dan nomor rekening hanya untuk mbak Ita saja, saya tidak bisa mbak. Karena saya juga mengikuti lelang di kantor lain'. Sumpah, saya ingin tertawa mendengarnya, hallloooo... haiiii.... siapapun anda yang diseberang telepon sana, saya tidak meminta anda untuk merubah nama dan nomor rekening sesuai nama anda buat saya saja, ini buat semuanya, buat semua kantor yang ingin anda ikuti lelangnya. Peraturannya seperti itu. Tetapi sudahlah, saya tidak mau berdebat. Saya hanya tersenyum kecil sembari berkata 'ya sudah, yang penting saya diberikan nama dan nomor rekening yang sesuai dengan nama peserta lelang'. Case closed

Atasan saya yang melihat ekpresi saya sudah hafal pasti saya menerima telepon dari peserta lelang. Beliau bertanya ada apa dan siapa. Saya jawab seperti biasa sembari tersenyum kecil, 'biasa pak, peserta lelang. Uang jaminannya belum saya kembalikan karena nama dan nomor rekening tidak sesuai'. Atasan saya lalu bertanya nama pesertanya. Saya jawab 'saya tidak familiar sih pak, sepertinya baru pertama ini ikut lelang di sini' sembari menyebutkan nama peserta lelang. Dan reaksi atasan saya juga datar saat tahu nama peserta lelang tersebut 'Oh, ini sudah sering ikut lelang di kantor saya yang lama mbak. Saya tahu orangnya. Anak orang kaya dia, ini lelang kendaraan kan? ayahnya punya showroom mobil soalnya'. Oke, saya tidak kaget dengan jawaban atasan saya. Saya berkata dalam hati 'Oh, pantesan. Anak orang kaya yang hanya mewarisi bisnis keluarga. Tipe anak muda yang hanya ikut-ikutan, bergantung pada orang tua'. Selesai. Peserta lelang tersebut akhirnya memberikan nama dan nomor rekening yang saya minta beberapa hari kemudian, akhirnya pengembalian uang jaminan kepada peserta lelang tersebut selesai juga. Meskipun pembukuan saya masih belum nihil karena ada beberapa uang jaminan lelang yang memiliki masalahnya sendiri-sendiri, setidaknya satu kewajiban saya sudah saya selesaikan. Walaupun saya sedikit malas menghadapi peserta lelang seperti dia, karena membuat saya harus mengerjakan pekerjaan saya dua kali, setidaknya cara berbicara peserta lelang tersebut sopan dan beretika. Ini yang membuat saya sedikit respect padanya. Tidak jarang saya dimarahi peserta lelang karena uang mereka belum kembali dan saya dibilang mempersulit. Sungguh, saya tidak pernah ingin menahan hak orang lain. Saya berusaha memberikan hak orang lain yang diamanahkan melalui saya, tetapi saya juga memiliki prosedur yang harus saya jalani. Saya hanya berhati-hati, saya meminimalisir kesalahan dalam bekerja, dan saya juga tahu bahwa karena uang yang saya kelola ini tak ada satu rupiahpun milik saya, saya berusaha mengelolanya sesuai peraturan dan yang berhak memiliki. Salah sedikit saja, saya bisa mendzolimi orang lain, saya bisa salah memberikan hak orang lain. Saya benar-benar takut jika saya tidak amanah. Karena itu, saya berusaha melakukan pekerjaan saya sesuai peraturan yang ada. Sesuai prosedur yang ada. Hanya itu. Tidak pernah ada niat untuk tidak percaya maupun mempersulit.

Kasus di atas sebenarnya sering saya jumpai dalam pekerjaan saya. Saya sudah kebal. Saya melupakan begitu saja kasus tersebut. Tetapi semalam saya kembali mengingatnya, kenapa? Karena saya membaca quote teman saya di media sosial. Saya tertarik dengan nama pemilik quote yang disadur teman saya itu. Saya seperti pernah mendengar namanya,'ah, mungkin tokoh terkenal makanya saya pernah membaca namanya. Eh, tunggu dulu, saya agak familiar dengan namanya. Oh, namanya seperti alamat email peserta lelang yang uang jaminannya sedikit bermasalah waktu itu, makanya saya mengingat namanya. Oh, mungkin peserta lelang tersebut juga nge-fans sama orang ini'. Karena saya penasaran, tidak biasanya peserta lelang yang hanya mengandalkan kekayaan orang tuanya seperti dia memiliki tokoh idola seperti teman saya (kebetulan teman saya ini seorang yang cerdas, pintar, inovatif, berkarakter, dan bagi saya tidak mungkin dia sembarangan memilih quote atau idola) akhirnya saya mengetikkan nama pemilik quote tersebut di Google. Dalam sepersekian detik saja sudah muncul foto, biodata, informasi, prestasi, dan apapun itu tentang nama pemilik quote. Dan saya speechless. Is that real? saya membandingkan foto pemilik quote dengan foto KTP peserta lelang, yang kebetulan waktu itu peserta lelang tersebut mengirimkan foto KTP dan buku rekeningnya lewat whatsapp. Saya menghampiri teman serumah saya, saya memintanya memperhatikan foto pemilik quote baik-baik, teman saya bilang dia tahu orang tersebut, sempat booming di TV karena prestasinya dan jiwa sosialnya. Oke, saya memang kudet (kurang update). Saya sama sekali tidak pernah mendengar nama ini sebelumnya, baik di TV, majalah, maupun media sosial. Tentu saja, saya jarang sekali bergaul dengan dunia maya. Setelah itu, saya meminta teman saya memperhatikan foto KTP peserta lelang, saya bertanya mereka orang yang sama atau tidak. Teman saya menjawab, 'Iya. Sepertinya orang yang sama. Apalagi kota asal mereka sama. Ini orang yang sama'. Saya tertawa. Saya belajar lagi satu hal. Orang yang saya anggap sebagai seorang yang hanya mengandalkan kekayaan orang tua dan ikut-ikutan ternyata adalah seorang inspirator muda, berpengaruh, memiliki jiwa sosial tinggi, terpelajar, memiliki profesi yang berbeda dengan orang tuanya, memiliki passion, dan berprestasi. Bahkan disebuah berita dengan judul yang sangat besar disebutkan dia adalah dokter muda kebanggaan Indonesia. Lalu, bagaimana dengan saya? Apa yang sudah saya lakukan untuk bangsa ini, apa yang sudah saya lakukan untuk orang-orang di sekitar saya. Apa yang saya lakukan tidak ada apa-apanya dengan yang dia lakukan. Well, saya kembali diajari untuk tidak men-judge seseorang hanya karena satu kondisi saja. Terima kasih telah mengingatkan saya. Happy Friday... Barakallah... ^_^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FRIENDSHIP

SUBHANALLAH.., AKU MENCINTAINYA,,,

TEROR HANTU