LISTENING

rukawa kaede-slam dunk
Madiun,
Ramadhan keempat


Selamat datang bulan Ramadhan. Alhamdulillah...
Beberapa waktu lalu, aku sempat mengikuti Diklat Penyegaran TIK di Denpasar. Pada kesempatan itu, salah satu pembicaranya adalah seorang ahli digital forensik AKB Muhammad Nuh. Ada bagian dimana beliau mengajarkan kami tentang pentingnya 'listening'. Jadi, pada kesempatan itu beliau mengucapkan satu kalimat dan meminta kami untuk mengulanginya. Kalimatnya sederhana dan tidak panjang, tetapi dari beberapa peserta yang ditunjuk untuk mengulanginya, tidak ada satupun yang kalimatnya sama persis. Meskipun inti yang mereka sampaikan sama, tetapi kalimatnya berbeda.

Apa yang menarik perhatianku dari pelajaran listening ini? Tentu saja cara bagaimana kita menerima kalimat orang lain dan kita sampaikan kembali kalimat tersebut dengan tepat. Seringkali kita mengabaikan betapa pentingnya kesesuaian informasi yang kita sampaikan kepada orang lain dengan informasi yang kita terima. Kita sering meremehkan kebenaran dan ketepatan kata-kata itu. Berpikir bahwa inti masalahnya sama, tidak mengapa kata-katanya berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita merubah satu dua kalimat informasi yang kita terima ketika kita menyampaikan kembali informasi tersebut. Bayangkan saja, jika satu informasi ini disampaikan secara beruntun dari satu orang ke orang lain dengan cara setiap penyampaiannya dirubah beberapa kata, tidak menutup kemungkinan saat informasi itu diterima orang keseratus, informasi itu akan berbeda dari informasi yang disampaikan oleh orang pertama.

Contohnya, ketika si A berkata kepada si B "hari ini aku lihat si Z berjalan tertatih-tatih, mungkin dia jatuh" informasi ini mengandung dua hal, pertama si Z berjalan tertatih-tatih adalah fakta yang dilihat si A. Kedua, si Z jatuh adalah kesimpulan atau asumsi pribadi si A karena ada kata 'mungkin'. Kemudian, si B menyampaikan informasi tersebut kepada si C "hari ini si A melihat si Z berjalan tertatih-tatih, si Z jatuh". Informasi ini terlihat mirip dengan inti yang sama, tetapi kalau kita lihat informasi ini telah berbeda karena menghilangkan kata "mungkin". Dari informasi tersebut, dapat diperoleh dua hal. Pertama, si Z berjalan tertatih-tatih, fakta yang sama dengan informasi dari si A. Kedua si Z jatuh, pada informasi kedua ini telah terjadi perubahan makna, informasi yang awalnya hanya berupa perkiraan pribadi si A menjadi informasi yang berupa fakta atau kejadian. Lalu si C menyampaikan informasi tersebut kepada si D "kata si B, dia diberitahu si A bahwa si A melihat Z berjalan pincang, si Z jatuh". Lihat perbedaannya. Kata tertatih, diubah menjadi pincang. Meskipun maksud si C sama, tetapi si D bisa saja menerima kata "pincang" ini dengan berjalan dengan satu kaki, sedangkan kata "tertatih" bisa diartikan berjalan dengan susah payah meskipun masih menggunakan dua kaki.

Bayangkan saja, jika informasi tersebut sampai pada orang kesepuluh. Tidak menutup kemungkinan akan berubah menjadi "si Z tidak bisa berjalan karena jatuh". Luar biasa sekali dan sangat berbahaya sekali. Kenapa? Karena informasi yang kita terima tidak kita sampaikan dengan tepat dan benar. Inilah pentingnya kita menjadi pendengar yang baik, menyimak baik-baik informasi yang kita terima dan menyampaikan kembali informasi yang ada dengan benar dan tepat sesuai dengan yang kita terima. Mari kita mulai belajar lagi untuk menerima dan menyampaikan apapun yang kita dengar dengan lebih hati-hati. Karena jika kita salah menyampaikan informasi yang kita terima, tidak menutup kemungkinan kita menjadi orang yang menyampaikan informasi yang salah, dan dapat menimbulkan fitnah maupun ghibah yang tidak baik. Happy Ramadhan... Semoga kita selalu dalam keberkahan... 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INTROVER

WEEKEND... ALUN-ALUN KOTA MADIUN SEASON

WEEKDAYS.... CANDI SADON PART