ANAK RANTAU

Merdekakan jiwa,
merdekakan pikiran,
dari penjajahan pribadi yang kita buat sendiri-sendiri
dari amarah dan dendam
maafkan, maafkan, maafkan
lalu mungkin lupakan
-Pandeka Luko- (Anak Rantau Hal. 263)


Kali ini ingin sedikit membahas salah satu novel yang baru saja selesai kubaca. Anak Rantau karya A. Fuadi. Kenapa anak rantau? kenapa bukan novel yang lain? Alasannya sederhana, novel ini baru saja selesai kubaca jadi masih sedikit segar diingatan xD

A. Fuadi, tentu sudah tidak asing lagi, penulis trilogi negeri 5 menara ini memang sangat sukses dengan karya-karya sebelumnya. Kali ini, A. Fuadi mengajak kita untuk kembali ke kampung halaman dengan buku setebal 370 halaman. Tidak terlalu tebal sebenarnya, namun harganya cukup fantastis. Buku terbitan Falcon publishing ini dibanderol dengan harga Rp90ribu (tanpa diskon). Alhamdulillah, aku dapat buku ini dengan harga yang lebih murah Rp72ribu dari seorang teman kantor yang sudah pre order sebelumnya ditambah tanda tangan penulis. Hingga aku membuat tulisan ini, aku belum menemukannya di Gramedia Madiun. Padahal aku masih berniat untuk membelinya lagi (out of topic).

Namanya Donwori bihepi. Seorang bujang yang tidak pernah menyangka akan berpetualang di tanah minang. Status anak jakarta-nya berubah menjadi anak rantau di kampung halaman sang ayah. Hepi, begitu panggilannya, adalah anak yang cerdas dan suka membaca. Dengan teropong, handy talkie, dan topi merah kebanggaannya, Hepi memulai petualangannya di Kampung Tanjung Durian. Hepi tidak sendirian, dia ditemani dua bujang lain Attar dan Zen. Bersama Attar dan Zen, Hepi menjalani kehidupan anak rantaunya. Mulai menjadi pengantar barang bagi bang Lenon sang mantan preman yang telah bertaubat, pencuci piring di lapau Mak Tuo Ros, belajar mengaji demi amplop khataman, tinggal di surau bersama kakeknya, Datuk Marajo, berkenalan dengan Pandeka Luko penghuni rumah hitam, hingga menjadi pahlawan cilik. Perasaan marah dan ditinggalkan oleh Martiaz, ayahnya, membuat Hepi melakukan berbagai cara untuk dapat membuktikan bahwa ayahnya keliru.

Meskipun bagi Hepi pulang ke kampung halaman ayahnya adalah sebuah kesalahan, bagi Datuk Marajo justru sebaliknya. Kedatangan Hepi adalah jalan untuk menebus kesalahannya di masa lalu. Sementara Pandeka Luko, yang memiliki dendam tersendiri merasa bahwa kedatangan Hepi telah merubah kehidupannya. Baginya, mereka memiliki kesamaan, sama-sama merasa ditinggalkan. Selain itu, ada Puti gadis yang jarang bicara dan penggemar novel teman sekelas Hepi yang membuat Hepi berdebar hanya dengan melihatnya saja. Ibu Ibet, guru favorit Hepi juga Salisah, nenek Hepi yang penyayang.

Buku ini layak dibaca semua umur. Dibuka dengan alur mundur, dimana Hepi sedang berurusan dengan hidup matinya dan dia kembali mengingat awal mula kedatangannya ke Kampung Tanjung Durian. Bahasa dan gaya bercerita A. Fuadi cukup mudah dipahami. Buku ini bercerita dengan baik tentang keberanian, kekecewaan, dan rasa cinta. Selain itu, masalah sosial yang ditulis benar-benar menohok dan membuat kita kembali peduli pada kampung halaman, menghidupkan kembali adat istiadat dan bersahabat dengan alam. Kekurangan dari buku ini adalah tokoh yang mudah ditebak. Meskipun begitu, ada perasaan ~Aah... Happy ending, case closed~ ketika menutup buku ini. Apabila kalian pecinta novel fiksi dengan tema petualangan anak-anak, tidak ada salahnya kalian menaruh buku ini sebagai salah satu koleksi perpustakaan kalian, tetapi jika kalian pecinta novel romantis, jangan berharap pada buku ini. Keseluruhan, aku memberi bintang 3.5/5
Alam terkembang jadi guru. Selamat membaca ^_^

"...ditinggalkan di kampung tidak berarti dia akan menjadi anak manis dan patuh. Bahkan, di kampungpun dia bisa menjadi lebih buruk..." 
-Hepi- (hal. 80)

"Aku pernah berperang karena dendam dan marah. Akibatnya menyakitkan hati, baik ketika menang apalagi ketika kalah. Karena itu jangan berbuat apapun karena dendam dan marah, tapi bertindaklah karena melawan ketidakadilan" 
-Pandeka Luko- (hal. 273)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

INTROVER

WEEKEND... ALUN-ALUN KOTA MADIUN SEASON

WEEKDAYS.... CANDI SADON PART