UNTITLED
Madiun,
Dalam doaku untuk orang-orang tercinta
Dalam doaku untuk orang-orang tercinta
Mengapa
Tuhan mengirim kita ke dunia yang tidak sempurna? Kelaparan, bencana, perang,
kejahatan. Benarkah Tuhan itu ada? Jika ada, mengapa kita masih saja menderita?
Jika
kita masih bertanya tentang keadilan Tuhan, dan juga ketidaksempurnaan yang
diberikan kepada kita, maka hidup ini seperti sebuah mata uang, yang selalu
memiliki dua sisi. Kesejahteraan, kedamaian, kebaikan, kebahagiaan. Perbedaan
dan kesenjangan yang ada, membuat kita sering mempertanyakan keadilan.
Mempertanyakan “mengapa”. Dari rasa lapar itu, kita dapat memahami betapa
berharganya sebuah kesejahteraan, dari sebuah bencana kita dapat merasakan
nikmatnya ketenangan, dari sebuah perang kita dapat bersyukur akan arti
kedamaian, dari kejahatan kita bisa menghargai sebuah kebaikan. Sempurna. Siang
dan malam, hujan dan kekeringan, panas dan dingin, semuanya dapat kita rasakan
dan kita bisa membedakan. Apa fungsinya kita diciptakan dengan begitu banyak
panca indera jika kita tidak bisa menikmatinya. Jika hanya ada satu kata di
dunia ini “kedamaian” atau “kesejahteraan” bisakah kita membayangkan bagaimana
kehidupan kita? Seperti mayat hidup. Seperti robot berjalan. Datar. Hambar.
Tanpa rasa. Tidak akan dibutuhkan lagi indera kita, tidak akan dibutuhkan lagi
peran kita. Tidak akan ada gunanya manusia. Bahkan kata “bahagia” itu juga akan
hilang, karena kita tidak mengenal “derita”.
Kenapa
Tuhan membuat orang baik menderita? Kenapa Tuhan pilih kasih dalam menentukan
kehidupan seseorang? Benarkah Tuhan itu ada?
Jika
kita masih bertanya tentang ketidakadilan yang terjadi, maka kita harus melihat
sisi lain mata uang ini. Hidup dan mati. Manusia terlahir dengan kelemahan,
keterbatasan. Semua yang hidup akan mati. Tidak bisa dihindari. Anak-anak tidak
berdosa terlahir dalam perang, tua renta hidup terlunta-lunta, yang berkuasa
yang bertahan, hukum rimba ada dimana-mana. Bertahan hidup untuk sesuatu yang
tidak pernah kita tahu tujuannya. Maka keluarlah. Lihat di belahan lain dunia
ini, ada sebuah tempat yang damai penuh kasih sayang. Anak-anak tumbuh dengan
keceriaan. Tua renta bahagia diakhir hidupnya. Yang kuat berjalan beriringan
dengan si lemah. Manusia dibekali dengan keistimewaan dan kelebihan. Tidak
semua yang terlihat adalah satu-satunya jawaban. Ada banyak jawaban yang tidak
kita tahu. Tidak kita tahu bukan berarti tidak ada.
Siapa
bilang dunia ini tidak sempurna. Tuhan telah menciptakannya dengan sempurna.
Tidak ada kekeliruan. Semua memiliki perannya masing-masing. Aku, kamu, dia,
kita, kalian, kami. Semua memiliki perannya, bagaikan sebuah skenario terbaik
yang pernah ada. Hanya saja, sadarkah kita akan peran kita? Ataukah kita hanya
akan selalu mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya jawabannya ada
di depan mata kita, namun kita terlanjur menutup mata kita dengan kebencian.
Dengan rasa tidak suka. Dengan rasa ketidakpuasan. Hanya karena kita
mendapatkan peran yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Berapa honor yang
kita dapatkan dari peran ini? Itu semua tergantung seberapa berbakat kita dalam
melakoninya. Seberapa mampu kita dalam melaksanakan peran kita. Maka jangan
pernah mempertanyakan ketidakadilan jika kita tidak tahu apa makna adil yang
sesungguhnya. Apakah adil itu harus selalu sesuai keinginan kita? Siapa yang
lebih tahu, kita atau Sang Pencipta?
Keadilan
bukan dinilai dari apa yang kita rasakan, tetapi dilihat dari fakta-fakta yang
ada. Dilihat dari bukti-bukti yang ada. Diambil dengan menggunakan seluruh
indera kita. Maka gunakan semua kemampuan indera kita untuk menemukan keadilan
yang kita cari. Are you believer? Yes, I
am.
Note : Hanya sebuah tulisan pribadi, bukan seorang ahli agama, ahli filsafat, atau profesor. Bukan rujukan. Hanya sebuah rasa untuk orang-orang tercinta. Karena aku peduli pada kalian, bukan karena kebencian.
Komentar
Posting Komentar