Sabtu Itu....,



Niatnya sabtu-minggu mw weekend di Madiun ma Tantri, menghabiskan waktu seharian dengan hunting-hunting. Merencanakan weekend yang bakal padat sejak seminggu lalu,...
Tapi manusia berencana Allah swt yang berkehendak, Jumat malam setelah buka XL ku bunyi. Nada dering jadul dari Nokia 1208.
kriiiiiiiiing
kriiiiiiiing
TV bergetar-getar karena sinyal, kulihat sebuah nama yang sangat aku kenal. Ayah.
"assalamu'alaikum"
"wa'alaikumsalam" suara diseberang tampak tak biasa.
"ya Pak..."
"dek.., simbah meninggal"
deg... innalillahi wa inna illaihi roji'un
"maghrib ini"
"emm,,, iya pak. Insyaallah besok pagi langsung pulang"
percakapan yang singkat, dari nada bicara ayahku tampak ada kesedihan dan kegalauan.
acara sabtu-minggu akhirnya ku cancel, ku bilang pada Tantri senin aja hunting-huntingnya.
Malam itu pikiran sempet nggak tahu seperti apa.
Belum sempat aku berbakti pada 'mbah kung' diakhir usianya. Akhirnya seuntai doa kupanjatkan pada-Nya. Ampuni aku ya Allah jika selama ini aku lom bisa berbakti dan memberikan yang terbaik, dan Ampuni dosa-dosa beliau ya Allah. Semoga Engkau menempatkan beliau ditempat yang sangat indah.

Sabtu pagi.
Sehabis sahur dan sholat subuh aku langsung meluncur pulang ke rumah. Yogyakarta, Kulon Progo, Galur, Banaran.....
jam9.30 sudah di depan rumah, banyak orang yang berdatangan untuk takziah, ku lihat semua saudara ayah juga telah datang. Alhamdulillah semua bisa berkumpul untuk ikut mendoakan 'mbah Kung'.


Lepas dari itu, ada satu hal yang ku pelajari lagi...
Sewaktu dalam perjalanan ke rumah, aku naik bus...,
perjalanan yang sudah lama tak ku lakukan berbaur dengan orang2 yang tidak ku kenal, berbaur dengan aroma yang tak ku kenal, berbaur dengan pedagang asongan dan pengamen yang juga tak ku kenal...,
karena masih sangat pagi, jadi masih sedikit pengamen dan pedagang yang naik...,
tapi,,,
sewaktu diperempatan candi prambanan ato mungkin pasar prambanan, masuk seorang yang agak tua dan berbaju kucel...
dengan tutup botol yang diikat jadi satu disebatang kayu berukuran panjang 15cm sebagai kehidupannya...,
mungkin niatnya mw ngamen...
tapi ternyata penumpang d bus itu hanya tinggal beberapa saja karena kebanyakan turun d terminal solo.
Akhirnya dia duduk di salah satu kursi kosong, kondektur bus yaang mungkin juga sudah hafal sama orang itu mendekatinya.
"ora ngamen tho,?" (nggak ngamen...?!)
"ora...!!!" (nggak)
bicaranya agak nggak jelas kosakatanya
"arep medun endi,?" (mw turun mana..?)
"prapatan wonosari" (perempatan ke arah wonosari)
sembari memberikan uang Rp 2000,- pada kondektur.
"Ora sah,,," (nggak usah)
kondektur menolak ongkos tersebut.
"uwis ra po-po, wong aku numpak kok, ora ngamen" (nggap 'pa-pa, aku penumpang bukan pengamen)
sembari memaksa memberikan uang tersebut.
"emoh aku" (nggak mw)
kondektur tetap menolak dan pergi ke pintu depan. Berdiri layaknya kernet.
tiba-tiba aja orang tadi datang menghampiri dan menaruh uang Rp 2000,- dikursi deket kondektur.
kondekturpun mengambil uang itu dan mendekati orang tadi.
"uwis tho, ki duit mu tak balek e... wong podo-podo golek duit kok, kowe ngamen"
(ini uangmu ku balik'n, sama-sama cari duit. kamu kan pengamnen)
kondektur memaksa mengembalikan uang itu.
"wegah... aku medun prapatan wonosari kok, aku ora ngamen"
(nggak usah, aku turun per-4-an wonosari, aku nggak ngamen)
orang tersebut berkeras tak mw dikembalikan uangnya.
setelah terjadi perdebatan akhirnya kondektur mengalah, memberikan selembar karcis.
"opo iki" (apa ini)
"karcis, kowe penumpang tho" (karcis..., kan kamu penumpang)

subhanallah...,

sungguh berbeda dengan beberapa bulan yang lalu saat aku naik bus...,
kondektur bingung menghitung karena karcisnya kurang satu...,
beberapa kali kondektur jalan maju mundur di bus hanya untuk menanyakan siapa yang belum bayar. Bahkan, hampir 10 kali kondektur bertanya. Tapi, tak ada yang mengaku.
Hingga Pak Sopir membentak, suruh ngaku siapa yang belum bayar,...
tapi tetap saja tidak ada yang mengaku, hingga akhirnya Pak Sopir bilang kalau ketahuan nanti akan diturunkan di jalan.
Kondektur pun memeriksa karcis penumpang, dan ternyata seorang perempuan yang mungkin masih berusia 25-an itulah yang tidak punya karcis. Padahal dia sudah naik sebelum madiun.
Semua penumpang memandang sinis, padahal perempuan itu, terlihat sangat modis dan rapi. Dengan berkelit bilang karcisnya ilang, dan bilang lupa... akhirnya dia membayar.

Karena kejujuran itu tidak akan pernah merugikan diri sendiri dan orang lain,
karena kejujuran itu tidak akan pernah mendholimi siapapun....

Sabtu Itu...,
Ku panjatkan doa untuk 'mbah Kung' semoga Sang Kholik memberikan tempat terbaik di sisi-Nya...
Ku panjatkan doa untuk orang-orang yang kutemui semoga Sang Kholik memberikan tempat terbaik pula di dunia dan di akhirat nanti...
Jagalah kami dari mendholimi diri sendiri dan orang lain ya Rabb,,,

Komentar

  1. إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

    ikut berbela sungkawa...
    semoga beliau diterima disisiNya dan bagi yang ditinggalkan diberi kesabaran... Amin...

    BalasHapus
  2. Amiiin yaa Robbal'alamiiin...!!!
    makasih doanya..,

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

INTROVER

WEEKEND... ALUN-ALUN KOTA MADIUN SEASON

WEEKDAYS.... CANDI SADON PART