HATI SELUAS SAMUDERA #1


Madiun,
Senin 11 April 2011, jam10.48 wib


Ini adalah gaji pertamaku, walau tak seberapa tapi aku sangat senang. Aku ingin membeli radio dengan gaji pertamaku ini. Semoga saja dengan adanya radio ini bapak dan simbok tidak merasa sepi lagi. Tentu saja yang ku beli radio dengan 3 baterai besar, aku tak kan membeli radio listrik karena memang tak ada listrik di rumahku. Hanya lampu minyak yang ada, untuk memasak simbok menggunakan tungku kayu. Dan tentu saja tak ada microwave maupun kulkas di sana. Aku ingin sekali menghadiahkan radio ini untuk orang tuaku, aku yakin mereka akan senang dan tak kesepian lagi. Biar bapak tiap sore bisa duduk2 di dipan reot depan rumah sambil berdendang tembang pucung kesayangannya sambil menyulut lintingan. Atau simbok bisa mendengarkan canda cempluk kesukaannya, yang biasanya di dengar dari radio tetangga.

setelah melakukan tawar menawar dengan penjualnya, aku bisa membawa radio ini ke rumah. Ah, aku terus tersenyum sepanjang di bus menuju rumah. Aku tak bisa membayangkan bagaimana gembiranya wajah bapak dan simbok nanti. Aku menghabiskan hampir sebagian gajiku untuk membeli radio ini. Sisa gajiku akan kugunakan untuk makan sehari-hari dan naik bus menuju tempat kerjaku. Selama ini aku memang masih minta sangu pada simbok untuk sekedar menuju tempat kerjku karena jaraknya juga tak dekat. Kalaupun bisa ku tempuh dengan mengayuh sepeda pasti kulakukan.

aku sampai rumah juga, kubuka pintu yang sudah dimakan rayap ini. Sepi,,, mungkin bapak dan simbok belum pulang dari sawah. Tidak kawan, jangan berpikir aku punya sawah,,, bapak dan simbok hanya buruh macul saja, bukan sawah kami yang mereka kerjakan tapi sawah orang lain. Aku melepas sepatu bututku yang sudah agak mengelupas warnanya, kaos kaki yang sudah seminggu kupakai memberi aroma yang khas. Aku memakainya setiap hari karena memang hanya kaos kaki itu satu2nya yang kupunya. Aku leyehan di dipan sambil menikmati semilir angin, kuhidupkan radio baruku. Ku utak-atik sebentar untuk tahu cara kerjanya. Suara renyah dari radio menyapa, sebuah tembang melantun. Aku mendengarkannya dengan khidmat, ah serasa jadi orang kaya. Lamat-lamat alunan tembang itu menghanyutkanku bersama semilir angin. Aku terlelap.

"oalah le..., ojo turu nang kene" suara itu tak asing, membuyarkanku dari mimpi indah bersama alunan tembang. Rupanya simbok, aku cengengesan. "mbok..., sudah pulang?" aku bangun dari tidurku, kulihat simbok lengkap dengan kostum kerjanya, caping, jarik kecil kucel yang digunakan untuk menggendong tenggok dan bapak tampak meletakkan sepedatuanya di depan rumah, terikat pacul dan keranjang di sepeda itu.

"radio sopo le?" bapak tampak sangat tertarik melihat radio di sampingku. Aku tersenyum lebar. "radio kita pak" bapak dan simbok tampak bengong. "ini aku beli dari gaji pertamaku pak..., biar rumah kita ndak sepi" aku menjelaskan. Bapak dan simbok tampak masih bingung, perlahan raut wajah mereka berubah. Senyumku memudar. "Gaji,? kowe wis gajian?" bapak bertanya. aku mengangguk diam, kulihat ada rasa tidak senang di sana. Entah kenapa. Dan benar..., simbok marah habis-habisan karena aku membeli radio itu. "piye tho le..., duit saithik kok dinggo sing ora-ora. Simbok karo bapak nyilih kiwo tengen kanggo awakmu supoyo iso kerjo, saiki wis duwe duit malah kanggo sing ra guno" aku hanya diam, kecewa. Niatku baik hanya ingin membuat simbok dan bapak seneng.
"ngerti ora tho Le, simbok ki nyilih duit kanggo kowe budal kerja, kanggo sangumu saben dino... karepe simbok kowe gajian iso bantu balekake duit kuwi malah kanggo tuku radio. Nggaya tenan kowe saiki, koyo wong sugih ae"
aku diam, mematung, membisu... ada sakit yang dalam, niatku baik hanya ingin membuat simbok dan bapak senang setidaknya ini gaji pertamaku biarlah aku memberikan sesuatu yang berkesan untuk kalian. Tapi ternyata aku telah mengecewakan mereka..., aku mengutuk diriku sendiri. Melihat kediamanku bapak akhirnya menepuk pundakku.
"yo wis, sesuk maneh ra sah aneh2 tuku koyo ngene. Simbok karo bapak weruh kowe wis kerjo iso urip mulyo wis cukup. Ora usah tuku aneh2 kanggo bapak utawa simbok. Wong tuwo weruh anak kelakon pangarep e wis seneng. Karepe simbok ki apek, gajianmu gunakno sing migunani. Masalah bapak karo simbok nyilih duit ra sah di pikirke" Aku masih mematung, kugenggam erat radio di tanganku. Begitulah orang tua, dari dulu sampai sekarang tak pernah berubah... keinginan mereka sederhana kebahagiaan anak-anaknya bukan radio.

Komentar

  1. hmmm...kasihan thole..niatnya mau nyenengin ortunya malah salah..
    begitulah orang tua..selalu memikirkan anak2nya daripada dirinya sendiri..

    BalasHapus
  2. hu'um... kado terindah buat orang tua adalah melihat anak2nya bahagia,,, ^^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

INTROVER

WEEKEND... ALUN-ALUN KOTA MADIUN SEASON

WEEKDAYS.... CANDI SADON PART