HATI SELUAS SAMUDERA #4


Madiun,
02 Mei 2011, 8.58 wib


Aku sedikit panik ketika pagi itu Reva mengantarku pulang, pasalnya banyak orang berkerumun di depan rumah. Tentu saja aku mengkhawatirkan ibu, aku tahu akhir-akhir ini kesehatan ibu kurang baik. Aku sudah mengajaknya berobat ke dokter, tapi masih belum sembuh juga. Reva yang mengantarku juga tampak sedikit heran dengan kerumunan orang-orang itu.
"rumahmu ada apa Ning?"
"entahlah, kuharap tak ada sesuatu yang buruk. Thanks ya udah nganterin"
Aku turun dari mobil Reva dan bergegas menuju rumah. Aku menerobos kerumunan orang-orang dan mencoba menemukan ibu. Alhamdulillah, aku mengucap sukur lega saat kulihat ibu baik-baik saja. Ibu di dampingi Pak RT ada di depan rumah, aku tak begitu tahu ada apa tapi yang kutahu kerumunan itu bubar setelah Pak RT menyuruh mereka bubar.
Ibu batuk-batuk, dan aku menuntun beliau masuk ke dalam. Pak RT kupersilahkan masuk, hari masih terlalu pagi, bahkan adzan subuh juga belum terdengar, kulihat arloji ditanganku menunjukkan pukul4 dini hari.

"sebenarnya ada apa pak?" aku memberanikan bertanya pada pak RT. Kulihat ibu masih batuk-batuk, aku mencoba menenangkan batuk ibu.
"begini mbak Nining..., warga komplek ini merasa terganggu karena Mbak Nining sering pulang pagi. Maaf sebelumnya mbak, sebagai ketua RT disini saya harap mbak Nining mengerti kekhawatiran warga" Pak RT menjelaskan, dan aku sedikit mengerti maksudnya. Aku hanya tersenyum pahit, aku mengerti sangat mengerti. Kulihat ibu hanya diam.
"mungkin hari ini warga masih bisa diredam amarahnya, tapi bukan tidak mungkin warga tiba-tiba berbuat nekat mbak. Ini demi kebaikan mbak Nining sekeluarga" Pak RT tampak sangat bijak, ah laki-laki paruh baya ini, aku tahu dia sosok yang baik. Sosok ayah dan suami yang bertanggung jawab, melihatnya membuatku merindukan seorang ayah. Bahkan aku tak pernah merasakan rasanya digendong seorang ayah. Yang aku tahu, ayah sangat pemalas, selama ini ibulah yang bekerja untuk biaya sekolahku dan adik-adikku, hingga tiga tahun lalu ayah dipenjara karena tertangkap berjudi dan aku kasihan melihat ibu yang tampak jauh lebih tua dari usianya. Akhirnya aku memutuskan mencari pekerjaan, apapun... dan aku melarang ibu banting tulang menjadi buruh cuci dan bantu-bantu tetangga. Sudah saatnya aku membahagiakan ibu. Tapi sepertinya hidup ini tak semulus yang kubayangkan. Pekerjaanku banyak membuat warga di komplek ini merasa tak nyaman, padahal aku tak pernah ingin mengusik ketentraman warga, sedikitpun tak pernah.
"ya sudah mbak, saya pamit dulu. Sebentar lagi sudah adzan subuh, saya harus bersiap ke masjid" Pak RT berpamitan, aku mengantar beliau sampai depan rumah.

kulihat ibu masih duduk disofa yang sudah berlubang disana-sini. Ibu,,, wajahnya yang ayu tertutup oleh keriput diwajahnya, ibu tampak sangat tua diusianya yang baru menginjak kepala empat. Aku menangis dalam hati. Kudekati ibu, dan kupeluk erat beliau.
"Maafkan Ning Bu" aku tak kuasa menahan embun dimataku. Ibuku yang selalu diam dan percaya pada anak-anaknya, yang selalu mengerti dan mendukung anak-anaknya.
"Nak, apa yang akan kau lakukan sekarang,?" Suara serak itu akhirnya pecah. Aku menatap lekat kedua mata malaikatnya.
"Ibu percayakan pada Ning,?" aku mencari suatu jawaban dimata beliau. Mata yang tak pernah redup sinarnya, sejak aku kecil hingga sekarang.
"Ibu percaya padamu, tapi kita hidup ditengah masyarakat nak, banyak pikiran dan sifat yang berbeda yang tak bisa kau paksa untuk percaya padamu" tangan lembutnya membelai kepalaku.
"Ibu sedih melihatmu seperti ini," Ibu menatapku, aku tahu. Aku sendiri sebenarnya juga tak ingin seperti ini. Lihat saja rok mini ketat yang sebenarnya juga tak pantas dikenakan perempuan muslim seperti aku, pakaian yang serba mini yang memperlihatkan seluruh tubuhku, siapa yang tidak berpikir buruk tentang aku. Laki-laki mana yang matanya tidak melirik ke arahku. Tapi apa yang bisa kulakukan,? Penyanyi club malam, bekerja ditempat yang selalu penuh dengan gemerlap malam siapa yang akan menganggapnya perempuan baik,? Walau aku tidak jual diri, walau aku hanya bernyanyi setiap malam dan pulang pagi tetap saja aku mengerti pikiran warga komplek ini. Siapa yang bisa berpikir baik tentang aku dengan profesi seperti ini,? Hanya ibu.., ya hanya ibu seorang yang selalu percaya padaku. Meskipun aku mengerjakan sholat 5waktu dan tak pernah ketinggalan satu rakaatpun, tetap saja aku tahu tak kan ada yang menganggapku wanita baik. Aku ingat kejadian beberapa hari lalu saat aku sholat jamaah di masjid, berapa banyak orang bicara dibelakangku,? mengatakan aku tak pantas di rumah suci Tuhan, berkata ibadahku sia-sia, bahkan dengan teganya ada pemuda yang iseng menawarku padahal aku masih mengenakan mukena. Apa aku benar-benar sudah seperti binatang paling buruk di dunia ini,? hanya karena aku seorang penyanyi club malam yang selalu dituntut dengan pulang pagi dan pakaian minimalis ini... Genangan air mata yang kutahan dipelupuk mataku tak bisa kutepis, melihat ibu yang sudah semakin tua dan adik-adikku yang masih sekolah dan memerlukan banyak biaya.
"Ning..., ning minta maaf Bu" aku tak bisa berkata apa-apa selain itu, aku tak tahu sudah berapa banyak aku minta maaf pada ibu.
"Biarkan ibu membantumu nak.., ibu masih kuat" kata-kata ibu makin membuatku sakit. Aku tak mungkin membiarkan ibu bekerja lagi, apalagi sekarang kondisi ibu sudah tak sekuat dulu. Aku sendiri juga tak tahu apa yang bisa kulakukan dengan ijazah SMA-ku. Melamar pekerjaan di gedung-gedung menjulang itu juga tak mungkin, menjadi kasir diswalayan/toko tidak cukup untuk membiayai 3 adikku yang sedang membutuhkan biaya banyak, menjadi buruh cuci seperti ibu,? itu jauh dari bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup, belum lagi hutang-hutang ibu dulu yang juga untuk biaya sekolahku, aku terpaksa bernyanyi karena memang kupikir hanya itu yang bisa membantuku sekarang ini. Setidaknya aku bekerja malam hari, sehingga siang hari bisa kugunakan untuk merawat ibu dan juga mencari part time lainnya. Aku ingin adik-adikku bisa belajar hingga bangku kuliah, agar kelak mereka bisa menjadi orang yang sukses dan membahagiakan ibu. Itu sebabnya aku bekerja siang malam hanya demi pundi-pundi rupiah.
"Bu.., ibu percayakan pada Ning,? Aku janji Bu, jika aku mendapatkan pekerjaan lain, aku pasti akan keluar dari pekerjaan ini. Sekarang maafkan Ning.., maafkan ning karena telah merepotkan ibu, telah membuat malu ibu..." aku menangis tergugu, anak macam apa aku ini yang tak bisa menjaga nama baik ibuku. Aku justru mencemarinya dengan pekerjaanku yang dianggap tak baik, apakah begitu buruk pekerjaanku ini,? aku tidak mencuri, aku tidak berjudi, aku juga tidak membunuh orang, aku tak pernah merebut suami orang, aku hanya bernyanyi... ya bernyanyi dan menghibur mereka semua, bahkan untuk minum alkohol saja aku tidak melakukannya, aku hanya bernyanyi.... Ibu memelukku, memberiku kekuatan. Aku selalu bersyukur karena memiliki Ibu, selama ibu percaya padaku aku tak peduli pada pikiran orang lain. Toh, itu hak mereka, walaupun aku sebenarnya juga tak ingin menjadi alasan orang-orang itu berpikir buruk dan menjadi banyak bergosip karena membicarakan aku.

Subuh pagi itu mengguyur hatiku dengan amat dingin,seusai berjamaah bersama ibu dan ketiga adikku, aku berdoa lama... aku tahu Tuhan tak pernah pilih kasih, aku bukan manusia sempurna, walau orang bilang ibadahku percuma... yang kutahu Tuhan selalu adil, kebaikan tetaplah kebaikan... siapapun pelakunya,,, pagi ini... dengan berucap sukur atas nikmat-Mu, aku mohon ampun... entah berapa banyak aku mengucapnya, aku benar-benar minta perlindungan-Mu ya Rabb,,, dan semoga pagi ini Engkau kembali merengkuh hatiku dan hati warga komplek ini... melindungiku dan warga komplek dari fitnah dunia dan kubur, amiiin...

Hari itu, ketika aku part time di sebuah kedai kopi... semua berjalan seperti semula, aku tak pernah tahu sampai kapan aku seperti ini, dan aku tak pernah tahu skenario apa yang sudah disiapkan di depan sana, aku hanya percaya pada Tuhan... aku percaya,,,

Komentar

  1. biasanya emang gitu sih...cewek yg kerja di klub malam identik sama jual diri..walo g semuanya gitu tp opini yg terbentuk di masyarakat emang gitu..xixixixi

    BalasHapus
  2. hu'um..., mencoba berpikir dari sisi lain,,,

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

INTROVER

WEEKEND... ALUN-ALUN KOTA MADIUN SEASON

WEEKDAYS.... CANDI SADON PART