JIKA AKU TAHU....,


Ramadhan Empat,

Madiun,
Jumat 05 Agustus 2011, 11.57 wib


suara alarm membangunkanku untuk sahur pagi ini. dengan malas aku beranjak dari tempat tidur dan mulai menyiapkan sahur sendirian. beginilah nasib hidup diperantauan seorang diri. Sahur seadanya seperti biasa, dan menunggu subuh. Niat tadarus selepas subuh batal lagi karena ketiduran. Ah, diriku... selalu saja begitu...

pagi ini kembali buru-buru berangkat kerja, gara-gara tidur selepas subuh membuatku kesiangan ke kantor. Alhamdulillah datang tepat waktu. Bulan puasa, kantor ini selalu terlihat sepi. Kubuka lepi, mengerjakan deadline laporan.
-----*****-----

jam menunjukkan sudah lewat jam istirahat, tapi ruangan ini masih lengang. Pekerjaanku sudah selesai. Ada pekerjaan lain sebenarnya, tapi sepertinya sedang malas mengerjakan. Bosan. Tak ada teman bicara. Bicara,? sepertinya teknologi canggih sudah membuat banyak orang menjadi pendiam. Lihat saja, setiap pagi ketika sudah duduk di meja masing2 menyalakan laptop masing2, berselancar di dunia masing2.... walaupun ada 20 orang, ruangan ini terasa sepi. Karena masing2 asik dengan dunianya. Bicara hanya sepatah dua patah kata. Belum lagi kalau jalan sama temen yang asik dengan gadget-nya. Ada orang dibunuh di depan mata saja bisa tidak tahu karena asik dengan dunianya. Apakah manusia sudah tidak saling membutuhkan lagi,? entahlah...
-----*****-----

memutuskan keluar cari angin segar. Bulan puasa, sebentar lagi lebaran. Seperti kebudayaan yang sudah ada, mencari sesuatu yang istimewa untuk lebaran. Awalnya hanya ingin cuci mata, tengahnya tak bisa menahan diri, akhirnya terlena promo dan diskon, finalnya menggila... hanya dalam waktu beberapa jam saja sudah menghabiskan 1/3 gajiku bulan ini. Tak apalah, bukankah hidup untuk dinikmati,? bukankah Tuhan selalu memberi rejeki pada setiap makhluk-Nya,? yaaa... walaupun tidak boleh berlebihan dalam segala hal.
-----*****-----

tengok kiri-kanan mencari taxi.
"Because i can’t sleep til you’re next to me, No i can’t live without you no more, Oh i stay up til you’re next to me, Til this house feels like it did before, Feels like insomnia ah ah, Feels like insomnia ah ah" handphoneku meraung-raung di dalam tas. Cepat2 ku liat "ah, my mom..." dan wow... surprise, ibuku memberi kabar beliau sudah di stasiun.
Sebuah taxi biru menghampiriku dan mengantarku ke stasiun menjemput ibuku. Senang sekali rasanya mendapat kejutan ini. Aku benar2 sudah merindukan ibuku, apalagi masakannya. Setidaknya aku bisa merasakan ramadhan bersama ibuku.
-----*****-----

stasiun besar,
aku masuk dan menunggu ibuku di pintu keluar. Ku hubungi my mom, katanya masih di dalam. Akhirnya aku masuk ke dalam. Setelah mencium tangan ibu dan pipi kiri kanan, beliau mencium keningku. Begitulah kasih sayang seorang ibu, selalu terasa hangat. Kulihat barang bawaan ibu banyak sekali, tanganku hanya dua dan ini tak cukup untuk membawa semua tas dan kardus2 ini.
"berat nduk, biar dibantu kuli angkut saja" aku mengiyakan. Kupanggil salah satu kuli angkut yang sibuk berlari kesana-kemari, melompat naik kereta, mengejar kereta yang baru datang, berebut membawakan barang yang belum tentu dapat. Ah, apakah mereka tidak takut terjatuh melakukan hal berbahaya itu,? dengan sigap seorang bapak berkulit legam berlari mendekatiku dan ibu.
"lima belas ribu ya bu" dia menawarkan dan langsung kuiyakan. Masih heran juga bagaimana bisa badan kurus seperti itu mampu meminggul dua buah kardus di sisi bahunya dan tangannya yang satu masih kuat membawa tas besar.
-----*****-----

taxi biru mengantarku sampai kontrakanku. Kubantu ibu mengangkat barang2 masuk satu per satu. Aku iseng tadi menghitung upah yang diterima bapak kuli angkut itu. Kalo dalam sehari dia mendapat 5pelanggan, dalam sebulan dia bisa dapat 2,25jt tapi kalo dia hanya mendapat satu pelanggan saja dalam sebulan dia hanya mendapat 450rb saja... kalau penjual asongan itu, jika dalam sehari mampu menjual 20bungkus yang satu bungkus seharga 5rb dalam sebulan dia mendapatkan 3jt, tapi bagaimana jika dia hanya mampu menjual 5bgkus/hari itu berarti dia hanya mendapat 750rb saja belum dikurangin modalnya... lalu aku iseng memperkirakan berapa uang yang diperoleh oleh pengemis di pinggir jalan itu. Jika satu orang memberinya uang 500-1000 rupiah dalam sehari apalagi bulan puasa ada 100org yang dia jumpai berarti dalam sebulan dia bisa dapat 1,5-3jt tapi bagaimana kalau hanya ada 20orang yang dia temui,? itu berarti dia hanya mampu mengumpulkan uang 300-600rb/bln.

"ada apa nduk kok senyum2" ibu membuyarkan keisenganku. "ah, tidak bu... seneng aja ibu datang" aku memeluk beliau.
-----*****-----

sore ini kuajak ibuku buka puasa di luar. Beliaukan baru datang jadi aku tak mau beliau capek2 menyiapkanku menu berbuka. tempat makan ini lumayan favorit jadi lumayan banyak pelanggan. Apalagi saat menjelang buka puasa begini. Dan keisenganku kembali muncul, berapa ya kira-kira pelayan2 itu dibayar. Seorang teman pernah bilang sekitar 500rb-1jt/bln, dan seorang teman yang lain memiliki pegawai untuk jasa laundry dia membayarnya 350-500rb/bln, lalu mbak Nah dirumah yang membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah itu dibayar sekitar 300-500rb juga,... aku mencoba membandingkan pekerjaan2 mereka dengan upah yang mereka terima...., ah... menarik sekali, tapi buat apa aku iseng ingin tahu itu semua,? entahlah... terkadang otakku suka berpikir hal yang sedikit tak biasa.
-----*****-----
berapapun itu, yang penting bagaimana caranya kita memanfaatkannya dan mensyukurinya. Begitulah kira2 yang pernah ku dengar dari seorang guru ngajiku. Bukankah Tuhan itu adil,? orang memiliki kebutuhannya masing2... pengemis yang dijalan itu hanya cukup berpikir bagaimana dia makan hari ini, sedang pengusaha kaya raya itu berpikir bagaimana dia membayar tagihan kartu kredit dan menggaji pegawainya, penjual asongan itu berhutang 300rb pada tetangganya untuk keperluan sekolah anaknya, dan pejabat itu berhutang 3miliar pada bank untuk kedudukannya,.... kuli angkut itu hanya cukup membelikan sepeda untuk anaknya dan anaknya pun bisa hidup bergaul dengan baik bersama teman-temannya, dan pejabat itu harus membelikan mobil mewah untuk anaknya agar anaknya tidak mencicit karena tidak mampu bergaul dengan gengsinya.... mereka yang dianggap miskin cukup bahagia dengan kehidupan sederhana mereka, dan mereka yang dianggap kaya harus bahagia dengan kehidupan mewah mereka,.... ketika si miskin mulai usaha dan jatuh bangkrut dia menderita kerugian 500rb sedang si kaya jika dia bangkrut menderita kerugian 500miliar,,,,

menarik sekali untukku...,
bukankah kaya dan miskin itu sama aja,? mereka sama-sama makan dan kenyang... mereka sama-sama memiliki hutangnya masing2, mereka sama-sama memiliki kehidupan sosialnya masing2...., lalu apa yang harus diirikan,?
Tuhan selalu memberikan kasih-Nya pada makhluk2-Nya... Tuhan Maha Adil bukan,? bagaimana bisa aku berpikir lebih tahu tentang diriku jika Tuhan saja lebih mengetahui kemampuanku,,,, dan bagaimana bisa aku merasa lebih beruntung jika ternyata sebenarnya mereka yang ku kasihani justru lebih beruntung... apakah aku terlalu sombong dengan berpikir aku sangat beruntung dan mereka sangat kasihan,,,, astagfirullahhaladzzim..., aku mohon ampun untuk kesombonganku... sepertinya mulai hari ini aku harus memperbaiki niatku, aku tak boleh membantu orang karena dasar aku merasa lebih beruntung dan merasa kasihan pada mereka,... bukankah Tuhan memerintahkan kita saling berdampingan dengan baik, tanpa memikirkan siapa yang lebih dan siapa yang kurang. Karena kita terlahir sama, dan akan berakhir sama kembali pada Sang Kholik.

"Allahuakbar Allahuakbar..."

"alhamdulillah... sudah buka nduk" suara adzan maghrib mendinginkan jiwaku. Ibu berdoa dengan khusyuk..., aku mengikutinya...
terima kasih untuk hari ini ya Rabb,,,

-----*****-----

Komentar

  1. awalnya kupikir itu cerita ttg mu sendiri..ternyataaaa..

    yeaah..Tuhan memang Maha Adil

    BalasHapus
  2. hahaha... sebenarnya pengalaman pribadi sung,,,
    tapi sedikit aku kanibal... ^^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

INTROVER

WEEKEND... ALUN-ALUN KOTA MADIUN SEASON

WEEKDAYS.... CANDI SADON PART