SACRED PROMISE

(Part.1)

Madiun,09.50 wib
"ketika Tuhan berkehendak"

“Maaf Vee...” Laki-laki berkemeja biru itu tampak menunduk, perempuan di depannya hanya mencoba menahan agar tak emosi. Kedua tangan perempuan itu menggenggam kuat angin diatas lututnya, menunduk. Tak ada yang bisa dia lakukan selain merelakan semuanya.

“Jangan minta maaf lagi, aku mengerti. Terima kasih untuk selama ini” sret. Perempuan itu dengan sigap berdiri meninggalkan restaurant Jepang tanpa berani menatap laki-laki di depannya. Perasaannya campur aduk. Sekuat tenaga menahan isaknya, bergegas cepat ke parkir dan masuk mazda merah miliknya. Tergugu perlahan, mungkin tak akan ada orang yang memperhatikannya.

Sementara itu, laki-laki yang tadi bersamanya masih termangu. Dia juga bahkan tak sanggup menatap perempuan tadi. Dia tak siap, tapi inilah pilihannya.

Seminggu yang lalu,

“Aku akan menikahimu” Laki-laki berkharisma itu meyakinkan seorang gadis berkerudung biru lembut. Gadis itu tampak terkejut.

“tidak Dhan..., aku tidak bisa” dia terisak lirih. Dia tahu, ini bukan tanggung jawab laki-laki di depannya. Tak seharusnya dia melakukan hal ini.

“tapi bayi itu butuh seorang ayah Zi,” Ardhan, mencoba meyakinkan Azi... perempuan berkerudung biru lembut di depannya.

“tapi bukan kamu Dhan..., kamu tak pantas menanggung semua ini, ini bukan kesalahanmu” Azi mencoba meyakinkan.

“bagaimana dengan keluargamu? Apa kata orang nanti? Aku ingin menjaga nama baikmu, menjadi pelindungmu dan bayi dalam rahimmu” Ardhan tak mau menyerah begitu saja. Dia tahu, ini sebuah kecelakaan. Azi gadis yang baik, dia sangat baik. Tak pernah berbuat hal yang melanggar agama ataupun membuat malu keluarganya. Rasanya tak adil, karena kecelakaan itu Azi harus diasingkan dan dicemooh. Itu bukan keinginan Azi. Laki-laki yang kelakuannya seperti binatang itu yang tega merusak masa depan Azi.

“kau tak perlu khawatir Dhan, aku akan pergi dari sini sebelum orang-orang tahu kehamilanku. Aku tak akan membuat malu keluargaku. Biar aku membesarkan anak ini seorang diri, karena bagaimanapun dia amanah Allah swt untukku” Azi tak kuasa menahan tangisnya. Kejadian 2,5bulan lalu yang terus menghantui hidupnya. Laki-laki tak tahu adab itu.... Azi sangat marah, bagaimana bisa dia melakukan ini padanya. Apa salahnya? Rasanya waktu itu Azi benar-benar ingin mati saja, tapi bunuh diri hal yang sangat dibenci Allah swt. Bukan keinginannya, dia sudah mencoba berteriak minta tolong... tapi tak ada siapa-siapa. Menyalahkan Tuhan? Kenapa Tuhan tak memberikan pertolongan-Nya waktu itu? Tidak... Azi tak bisa menyalahkan Tuhan, waktu itu Azi tak mendengar kata ibundanya. Ibundanya sudah melarangnya untuk ke kampus malam itu. Tapi karena memang Azi harus mengambil bahan presentasinya yang tertinggal, dia nekat ke kampus. Dan kejadian itu begitu saja terjadi, laki-laki biadab itu memperkosanya. Setelah kejadian itu, Azi benar-benar terpukul, tak ada yang tahu. Seminggu lamanya Azi tak mau ke kampus. Mengurung diri di kamarnya, membuat orang tuanya cemas. Menangis dalam kesendirian, mimpi buruk yang terus membayangi setiap detik, terbesit niat tak baik. Hingga Ardhan, sepupunya menenangkan dia. Menyadarkan dia bahwa Allah swt Maha Adil, akan ada janji indah di depan sana untuknya.

Orang tua Azi sangat terpukul, tapi apa yang bisa mereka lakukan untuk menolong putrinya? Tak ada. Lapor polisi? Bahkan Azi tak tahu siapa laki-laki itu. Dan ujian itu datang, dengan positifnya Azi mengandung bayi di rahimnya. Betapa besar cobaan ini. Azi tak mau membunuh bayinya sendiri, tapi juga tak mau menjadi aib bagi keluarganya.

“Zi... kau perlu seseorang untuk menghadapi ujian ini. Ijinkan aku mendampingimu. Aku janji, tak akan memaksamu. Setidaknya, hingga bayi ini lahir” Ardhan tak menyerah, dia tak bisa membiarkan Azi menanggung semua ini sendirian, meskipun dia tahu ini tak akan mudah untuknya.

“Tapi kau tahu, pernikahan ini tidak sah” Azi menjelaskan.

“Setidaknya, sah dimata hukum. Jika bukan untukmu, lakukan ini demi orang tuamu. Mereka akan tenang jika ada yang mendampingimu melewati semua ini” kata-kata Ardhan, meluluhkan hati Azi. Dia laki-laki yang baik, apakah pantas menghancurkan masa depan Ardhan dengan menjebaknya dalam pernikahan? Pernikahan yang seharusnya dia lakukan dengan orang yang dia cintai sepenuh hati, dan itu bukan Azi.
------------

Perempuan muda dengan setelan blazer coklat dan rok senada tampak memarkirkan mobil digarasi dengan buru-buru. Hatinya kacau, bagaimana bisa laki-laki yang dicintainya selama 7tahun terakhir ini dengan mudah mengkhianatinya. Tanpa alasan. Rencana pernikahan yang tinggal 6bulan lagi hanya tinggal kenangan. Bagaimana bisa?

“Vee.... sudah pulang?” suara lembut wanita paruh baya yang selalu elegan dengan balutan busana yang menutup seluruh auratnya tak membuat perempuan muda itu bergeming. Vee, langsung masuk ke kamarnya. Dia sudah tak tahan ingin menangis.
-----------

“kau yakin akan menikahi Azi?” laki-laki berwibawa di depan Ardhan seperti ingin menghakiminya.

“iya Om. Saya sudah mantap untuk menikahinya” Ardhan meyakinkan.

“bagaimana dengan rencana pernikahanmu dan Vee? Apa dia baik-baik saja?”

“saya sudah membicarakannya Om, dan dia bisa menerimanya”

“kau tahu, pernikahan bukanlah hal yang bisa untuk main-main,”

“iya Om. Saya sudah memikirkannya dengan baik. Saya akan menjadi suami yang baik untuk Azi dan membahagiakan dia. Saya siap dengan semua konsekuensinya,” Ardhan yakin ini keputusan terbaik.

Laki-laki yang duduk di depannya, tampak mengerti, dan semakin yakin kalau Ardhan laki-laki yang tepat untuk putrinya.

~Part. II ......

Komentar

  1. kasihan vee..ditinggal nikah ma orang lain T.T

    BalasHapus
  2. hahaha, bukan ungkapan hatikan? :P

    BalasHapus
  3. hahahaha...bukaaaaan
    saya tunggu kelanjutannya..semoga vee bahagia dan mendapatkan laki2 yg lebih baik dr ardhan..

    BalasHapus
  4. hihihi... kirain :P

    sippo,,,, udah dalam proses kok... cuman kepending kerjaan...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

INTROVER

WEEKEND... ALUN-ALUN KOTA MADIUN SEASON

WEEKDAYS.... CANDI SADON PART