BUKAN SEKEDAR CINTA

Aku tidak tahu bagaimana awalnya, tapi sejak aku mampu mengingatnya kami berlima sudah menjadi teman baik. Inilah persahabatan masa sekolah yang indah. Masa sekolah menengah pertama, sekaligus masa dimana kami merasakan cinta pertama, yang sering disebut cinta monyet.

"Jadi, bagaimana dengan Bintang? Kau menyukainya?" Mia membuat Reha tersipu. Aku sendiri, kurasa memang sedikit lambat menangkap masalah mereka. Sedang Farah dan Nirmala sepertinya jauh lebih dulu mengerti soal itu.

"Tapi dia sangat pemalu, kalian tahu itu" Reha menjawab. Bintang, teman sekolah kami berlima. Kami satu sekolah walaupun berbeda kelas. Aku di kelas VII-3 sedangkan Mia, Reha, dan Nirmala di kelas VII-2 dan Farah di kelas VII-4. Dan Bintang sendiri, dia satu kelas dengan Mia, Reha, dan Nirmala. Jujur, aku tidak begitu tahu yang namanya Bintang ini.

"Bintang siapa?" mungkin aku membuat suasana serius ini menjadi sedikit berubah dengan pertanyaan konyolku.

"Indy, lu kagak tahu Bintang?" Nirmala sedikit heran akan ketidak gaul-an ku. Aku nyengir, emang aku tidak tahu.

"Bintang itu teman sekelas Reha. Rumahnya di komplek sebelah" Farah menjelaskan. Aku baru tahu kalau ternyata aku memiliki teman sekolah yang rumahnya berdekatan dengan rumah kami.

"Bagaimana kalau kita buat janji aja sama tuh anak? sekalian biar Indy tahu" Mia membuat usul yang sedikit gila. Dan kulihat yang lain tampak antusias. Dan aku, tentu saja tak mungkin tidak ikut dalam kegilaan mereka.

"Tapi gimana caranya? Kalau ketahuan kakak atau orang tuanya bisa malu gue" Reha memprotes.
"Tenang aja, kita susun rencana dulu. Sekalian aku juga pengen janjian sama Farhan" Farah tampak malu-malu saat mengucap kalimat terakhir. Farhan itu gebetan Farah, yang kutahu keluarganya baru saja pindah ke sebelah rumah Farah. Kebetulan kami berlima tinggal di komplek yang sama.

"Kalau begitu kita bikin 2 team. Mia, Farah, dan Indy satu team untuk mengajak Bintang ketemuan. Sedangkan gue sama Reha satu team ke tempat Farhan untuk mengajaknya ketemuan" Nirmala membuat usul.

"terus, gimana caranya agar kita bisa ngajak mereka keluar?" aku memang tidak berbakat soal ini.
"Bintangkan punya supermarket tuh, dia biasanya di sana membantu kakaknya. Nah, kita pura-pura beli sesuatu saja" Usul Mia.

"kalo Farhan, gue sama Nirmala bisa cari akal deh nanti gimana biar dia keluar rumah" Reha sepakat.
"kita balik dalam 10menit. Good Luck!!!!" Farah tampak semangat. Diikuti kami semua yang ikut semangat.

Ini adalah masa sekolah menengah pertama kami. Masa dimana handphone dan ipad masih asing bagi kami. Tapi aku merasakan masa itu adalah masa yang indah, dimana kami bermain bersama anak-anak lain dan menikmati masa kanak-kanak. Bukan bermain dengan robot dan komputer.

Aku, Mia, dan Farah mengayuh sepeda kami ke supermarket Bintang. Sedangkan Reha dan Nirmala mengayuh sepeda mereka ke rumah Farhan.

"kita mau beli apa nih?" Farah bingung.
"beli snack aja" Mia membuat ide bagus.
"terus kalau bukan Bintang yang melayani gimana?" aku agak khawatir.
"semoga saja Bintang" Mia meyakinkan.

Kami bertiga masuk supermarket Bintang, ada kakaknya yang sedang menjaga disana. Sedang kami celingukan mencari Bintang. Farah pura-pura memilih snack, sedang aku hanya mengikutinya. Mia sepertinya melihat Bintang yang sedang asyik dibagian penyimpanan barang. Pintu gudang supermarket itu terbuka sedikit. Dan Mia berbisik-bisik lirih pada Bintang.

"Bintang... Bintang..." Mia memanggil lirih. Bintang menoleh. Aku baru tahu kalau itulah yang namanya Bintang. Dan Mia Membisikkan kata-kata dari jarak 10m. Aku yakin Bintang sedikit bingung. Aku dan Farah masih mencoba mengalihkan perhatian dengan membeli snack. Setelah itu, kami akhirnya keluar dengan sebuah snack saja.

"lu bilang apa tadi ke Bintang?" aku bertanya.
"gue bilang kalau Reha pengen ketemu, ada yang pengen diomongin" Mia senyum-senyum, sepertinya dia yakin Bintang mengerti maksudnya.
"lu yakin Bintang denger yang lu katakan?" Farah sedikit ragu.
"kita lihat saja" Mia masih tampak optimis.

Sementara itu, Nirmala dan Reha diam-diam melempar kerikil ke jendela kamar Farhan. Beruntung Farhan di kamarnya. Dia membuka pintu jendela, dan Nirmala melemparkan batu dibungkus secarik kertas bertuliskan "Temui Farah di Taman komplek 5menit lagi" setelah itu Nirmala dan Reha segera kembali ke basecamp kami untuk bertukar cerita.

5menit kemudia, Farah ditemani Mia ke Taman komplek, untuk bertemu dengan Farhan kalau dia datang. Sedangkan aku dan Nirmala menemani Reha yang masih harap-harap cemas apakah Bintang akan menemuinya atau tidak. Hingga Farah kembali, Bintang belum juga muncul.

"Gimana? Farhan datang?" Aku ingin tahu. Aku melihat senyum cerah Farah dan Mia, ini artinya Farhan pasti datang.

"dia datang...!!!" Farah memelukku girang.
"lalu, apa yang kalian bicarakan?" Nirmala ingin tahu.
"gue hanya mengajaknya joging pagi, tapi dia kagak bisa" Farah sedikit kecewa.
"kenapa?" Reha juga ikut penasaran.
"Dia mau balik ke Bandung" Mia menjelaskan.
"Balik ke Bandung? gak sekolah disini lagi?" Nirmala makin penasaran.
"entahlah. Aku tidak tanya banyak. Tapi aku seneng dia mau temenan sama aku" Farah menyunggingkan senyumnya. Kami ikut senang dan tersenyum.

"lalu, bagaimana dengan Bintang?" Mia kini ingin mendengar hasil dari kami.
"dia belum datang" Nirmala menyahut.
"mungkin tidak datang" Reha sedikit putus asa.

"baiklah, aku dan Farah akan ke supermarketnya lagi" Mia ingin memastikan.
"apa tidak apa-apa?" aku sedikit tidak enak kalau harus ke sana lagi.
"tenang saja, kalian tunggu disini saja. Siapa tahu dia datang, sementara kami memastikan di supermarketnya" Farah tampak semangat.
"kalau begitu aku juga ingin ikut" Nirmala menimpali.

Aku dan Reha menunggu di basecamp sedangkan Mia, Farah, dan Nirmala ke supermarket Bintang untuk memastikan apakah Bintang akan datang atau tidak. Tak selang lama setelah mereka pergi, kulihat Bintang melintasi basecamp kami dengan sepedanya.

"Reha, lihat... itu Bintangkan?" aku memastikan.
Reha langsung sigap melihat keluar, ya Bintang. Dan dia terus melajukan sepedanya tak berhenti di basecamp kami.
"Kenapa tidak berhenti? cepetan deh lu kejar aja" aku memberi saran.
Reha cepat-cepat mengambil sepedanya dan menyusul Bintang yang melintasi basecamp kami.

Sementara aku di basecamp sendirian harap-harap cemas, semoga saja terkejar. Tak lama, Nirmala, Mia, dan Farah datang.

"Reha mana?" Farah melihatku hanya sendirian.
"dia mengejar Bintang. Tadi Bintang lewat basecamp, tapi tidak berhenti" aku menjelaskan.
"tuh anak gimana sih? payah ah" Mia tampak sewot.
"terus?" Nirmala ingin tahu.
"tunggu aja sampai Reha datang" aku tak bisa menjelaskan lebih lanjut.

Kami menunggu 15menit, hingga akhirnya Reha datang. Kami langsung menyambutnya penuh kegembiraan dan rasa ingin tahu.

"Bagaimana? Kalian ketemu?" Mia yang pertama kali memberi pertanyaan. Reha hanya mengangguk.
"apa yang kalian bicarakan?" aku langsung pada intinya.
at Ragunan (pinjem wajah kalian ya teman ^^)
"Aku mengejarnya agak jauh, dia kira janjian di rumahku. Terus aku kejar dia sampai taman komplek. Kami berhenti dan berbincang sebentar. Aku hanya tanya dia mau gak lari pagi hari minggu ini" Reha menjelaskan.
"apa katanya?" Farah penasaran.
"dia mau" Reha menjawab lirih sambil tersenyum malu ingin membuat kami penasaran.
"aaahhhh... serius?" Nirmala langsung memeluk Reha ikut senang.

Aku ikut tersenyum. Sedikit merasa geli pada diri sendiri, kami perempuan mengejar laki-laki. Tapi bukankah kalau tak begini tak ada cerita seru untuk persahabatan kami berlima?


Madiun,
Tak ada hari ini tanpa masa lalu ^^

Komentar

  1. ini termasuk emansipasi wanita bukan sih??..ckckckck

    BalasHapus
  2. emansipasi, besok laki-laki yang melahirkan wanita yang di sunat...

    hahaha

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

INTROVER

WEEKEND... ALUN-ALUN KOTA MADIUN SEASON

WEEKDAYS.... CANDI SADON PART