KERETA SENJA


stasiun gambir, Jakpus
Aku terburu-buru memasuki pintu peron selatan stasiun tugu Jogjakarta, kutunjukkan kartu identitas dan tiket keretaku. Ah, seperti biasa selalu saja datang tepat waktu yang membuatku selalu terburu-buru. Bapak berbaju hijau dan berkopiah itu tersenyum padaku, "koran mbak"
aku melihat ke arahnya dan kusempatkan membeli Jawa Pos untuk teman diperjalanan.

Jalur 2. Aku menuju jalur 2 dimana keretaku telah siap di sana. Kereta 1 seat 9D.
Kulewati kursi satu per satu, seorang bapak yang sedang sibuk mengangkat barangnya dan menaruhnya di bagasi beserta dua orang anaknya yang masih kecil. Aku tersenyum kecil pada dua bocah yang menatapku sambil bercanda itu. Menggemaskan, kebahagiaan dan harapan orang tuanya. Kursi masih kosong, mungkin orang yang duduk di sebelahku naik dari stasiun solo. Aku duduk dan menaruh lemon tea ice yang kubeli sebelum masuk kereta. Tasku yang memang hanya tas tanpa isi kuletakkan begitu saja. Aku menatap keluar jendela. Rasanya tetap sama, sudah hampir 5tahun terakhir stasiun ini menjadi temanku. Meskipun tidak rutin setiap minggu, setidaknya aku selalu ke sini minimal sebulan sekali. Banyak yang sudah berubah. 5tahun lalu stasiun ini begitu ramai oleh pengantar, sekarang dengan adanya peraturan baru pengantar tidak boleh masuk stasiun. 5tahun berlalu, dan aku merasakan perubahan yang baik pada stasiun ini. Merasa bangga, hanya orang pesimis yang tidak yakin bahwa negara ini bisa lebih baik.

Kuteguk lemon tea ice yang menyegarkan, lalu kulihat Jawa Pos yang kubawa. Aku bukan seorang yang hobi baca koran, tapi aku selalu menyempatkan membeli Jawa Pos ini untuk menemaniku diperjalanan. Berita utamanya masih tetap tentang kebobrokan negara ini. Tiba-tiba merasa sakit di hati. Seburuk inikah negaraku? Tidak, suatu hari aku yakin berita utama di koran ini adalah tentang prestasi negara ini. Kubolak-balik, hampir semuanya tentang korupsi yang merajalela, tentang rakyat kecil yang mendapat perlakuan 'khusus' dalam hal hukum, tentang pejabat yang sedang mencoba mempertahankan posisinya, atau tentang kejahatan yang membuat miris dengan alasan klasik. Bahkan ketika di televisipun yang selalu menjadi hot news adalah kejahatan, pembunuhan, korupsi, bencana, dan hal buruk lainnya. Setiap hari. Benarkah separah itu? Kenapa media itu lebih banyak menyorot sisi buruk? Apakah memang tidak ada berita baik yang bisa dikabarkan kepada masyarakat? Bagaimana bisa masyarakat menjadi bangga menjadi bagian dari negara ini ketika mereka hanya tahu keburukan negara ini? Apa yang sebenarnya ada dalam benak para pencari berita itu? Membongkar kejahatan dan menjadi pahlawan? Atau hanya sekedar menyebarkan aib semata dan menutupi kebaikan? Aku jadi teringat sebuah pesan 'sampaikanlah yang baik dan buanglah yang buruk'. Jangan menanamkan kebencian pada hati rakyat dengan berita yang bisa disalahartikan oleh mereka. Ada kalanya kita harus tahu dan melihat dari sisi yang baik, karena aku percaya negriku ini tidak seburuk yang selalu diberitakan.

Aku menikmati halaman demi halaman koran ditanganku, sambil sesekali kuminum lemon tea ice untuk menyegarkan kerongkonganku. Berapa banyak dana yang dikeluarkan pemerintah untuk pembangunan dan kesejahteraan, setiap tahun setiap lembaga dan kementerian diberi dana yang banyak sesuai penganggaran masing-masing. Lihat saja, setiap tahun bisa dipastikan ada dana perawatan untuk gedung kantor pemerintah maupun sarana umum untuk masyarakat. Tapi masih saja banyak yang mengeluhkan tidak adanya anggaran yang cukup. Menyalahkan pemerintahan yang tidak becus. Banyaknya uang yang dihamburkan oleh pejabat pemerintah. Bagaimana dengan diri kita sendiri? Rumah yang kokoh harus dengan pondasi yang kuat. Ketika kita meneriakkan 'maling' pada orang lain, apakah diri kita sendiri sudah bersih? Aku sendiri merasa begitu takut, jika ternyata ketika aku bercermin aku melihat seorang yang selama ini selalu kuhujat dan kumaki 'koruptor' 'maling' 'penjahat' ada dicermin itu. Ibarat minum air, panas dinginnya hanya lidah kita yang bisa merasakan. Kita tak pernah tahu seberapa panas atau dinginnya air itu sebelum kita meminumnya.

Aku menutup sejenak koran ditanganku, kulihat keluar kaca. Kuli angkut dan beberapa penumpang yang masih diluar kereta dengan kesibukannya masing-masing. Aku teringat ibuku dan juga adikku di rumah, ingin rasanya bisa selalu bersama mereka, menjaga mereka, setidaknya aku bisa mendengar suara adikku yang selalu ribut membangunkanku setiap pagi hanya untuk meminjam HP-ku dan main games. Semuanya masih terasa sama, perasaan ini ketika harus duduk dikursi ini dan menatap keluar kaca.

"tante, tante mau kemana?" seorang anak kecil mengagetkanku. Anak perempuan yang sangat cantik dan lucu, dan disampingnya seorang anak laki-laki yang kira-kira seusia adikku.
"tante mau ke Madiun, kalian mau kemana?" aku balik menyapa dua bocah yang tengah bermain dikursinya, di depan tempat dudukku.
"mau pulang" celetuk anak perempuan ini membuatku tersenyum.
"pulang kemana?"
"surabaya" jawabnya menggemaskan
"emm... mau ke Surabaya ya? namanya siapa cantik?"
"Sila" dengan malu-malu khas anak-anak bocah itu menjawab. Dia tersenyum. Dan aku juga tersenyum. Kelak, nasib bangsa ini ada ditangan bocah-bocah polos ini. Ketika saat itu tiba, masihkah bocah ini memiliki hati yang sama?

Samar-samar diluar kudengar suara pemberitahuan bahwa kereta ini akan berangkat sebentar lagi. Dua bocah didepanku kembali asyik dengan kesenangan mereka, dan aku kembali duduk menatap lalu lalang diluar kereta. Perlahan tapi pasti, kurasakan getaran kereta ini yang mulai berjalan. Meninggalkan kota Jogja bersama senjanya. Orang-orang diluar kereta tertinggal dibelakang, keluar dari stasiun terlihat pemandangan kota ini, Malioboro dengan kesibukannya. Kereta ini terus berjalan, meninggalkan bayang-bayang mereka yang sibuk dengan dirinya sendiri.

Ketika saat itu tiba, biarkan mereka yang pesimis tetap tertinggal dibelakang.



Madiun,
Pagi yang indah dengan Bismillahhirrahmanirrahiim....


Komentar

Postingan populer dari blog ini

INTROVER

WEEKEND... ALUN-ALUN KOTA MADIUN SEASON

WEEKDAYS.... CANDI SADON PART