SIMPLE
"Langkah kecil itu berjingkat
Satu... dua... tiga...
Berbalik, berjingkat lagi...
Berhitung...
Sesederhana itu...."
Sudah lama tidak menulis, akhirnya memiliki waktu untuk bisa istirahat sejenak dari hiruk pikuk rutinitas. Akhir tahun 2015 hingga awal tahun 2016 terlalu banyak kesibukan yang menyita perhatian. Flu, demam, batuk, dan berakhir diare yang membuatku tidak masuk kantor dua hari. Sungguh tak ada nikmat dari Allah swt yang terlewatkan. Bahagia. Sesederhana itu.
Akhir tahun 2015 hingga awal tahun 2016 yang cukup complicated. Keluh kesah, uring-uringan, lelah lahir batin, candaan menjadi cacian, senyuman menjadi satu-satunya cara menepis semua perasaan. Bahagia. Sesederhana itu.
Selalu ada hal-hal yang terlewatkan ketika hati dan pikiran kita tidak dalam kondisi yang baik. Tapi selalu ada keajaiban dari setiap kejadian. Mendekatkan karakter-karakter yang berbeda, menyatukan hati-hati yang terserak, mengakrabkan hubungan lebih dari sekedar ikatan darah. Bahagia. Sesederhana itu.
Semuanya tak pernah sia-sia. Mencintai apapun yang ada pada diri dan sekitar kita. Menikmati waktu yang berjalan satu, dua, tiga seirama detak jantung. Musik yang mengalun lembut, keras, atau bahkan tanpa aturan. Suara-suara sumbang, merdu, bagai kicauan burung di pagi hari. Bahagia. Sesederhana itu.
Semuanya begitu sederhana, menjadi sangat sederhana. Bahkan saat mata terpejam aku bisa merasakan kebahagiaan yang sederhana, kebahagiaan yang tak pernah kutemukan sebelumnya. Bukan, bukan tidak pernah kutemukan tapi tidak pernah kusadari. Bahwa cinta-Mu selalu menyelimutiku dimanapun, kapanpun. Bahagia. Sesederhana itu.
"Satu... dua... tiga...
Berhitung, berjingkat...
Tersenyum...
Sesederhana itu...."
Satu... dua... tiga...
Berbalik, berjingkat lagi...
Berhitung...
Sesederhana itu...."
Sudah lama tidak menulis, akhirnya memiliki waktu untuk bisa istirahat sejenak dari hiruk pikuk rutinitas. Akhir tahun 2015 hingga awal tahun 2016 terlalu banyak kesibukan yang menyita perhatian. Flu, demam, batuk, dan berakhir diare yang membuatku tidak masuk kantor dua hari. Sungguh tak ada nikmat dari Allah swt yang terlewatkan. Bahagia. Sesederhana itu.
Akhir tahun 2015 hingga awal tahun 2016 yang cukup complicated. Keluh kesah, uring-uringan, lelah lahir batin, candaan menjadi cacian, senyuman menjadi satu-satunya cara menepis semua perasaan. Bahagia. Sesederhana itu.
Selalu ada hal-hal yang terlewatkan ketika hati dan pikiran kita tidak dalam kondisi yang baik. Tapi selalu ada keajaiban dari setiap kejadian. Mendekatkan karakter-karakter yang berbeda, menyatukan hati-hati yang terserak, mengakrabkan hubungan lebih dari sekedar ikatan darah. Bahagia. Sesederhana itu.
Semuanya tak pernah sia-sia. Mencintai apapun yang ada pada diri dan sekitar kita. Menikmati waktu yang berjalan satu, dua, tiga seirama detak jantung. Musik yang mengalun lembut, keras, atau bahkan tanpa aturan. Suara-suara sumbang, merdu, bagai kicauan burung di pagi hari. Bahagia. Sesederhana itu.
Semuanya begitu sederhana, menjadi sangat sederhana. Bahkan saat mata terpejam aku bisa merasakan kebahagiaan yang sederhana, kebahagiaan yang tak pernah kutemukan sebelumnya. Bukan, bukan tidak pernah kutemukan tapi tidak pernah kusadari. Bahwa cinta-Mu selalu menyelimutiku dimanapun, kapanpun. Bahagia. Sesederhana itu.
"Satu... dua... tiga...
Berhitung, berjingkat...
Tersenyum...
Sesederhana itu...."
Komentar
Posting Komentar