FRIDAY'S CORNER (About My Dad)

Madiun,
Pernahkah kau merasa begitu jatuh cinta....
Apapun yang kau lakukan, kau selalu tersenyum bahagia...
Bahkan meskipun kau tidak memahaminya, kau tetap bahagia...


Kangen menulis, setelah banyak hal terlewatkan tanpa sempat kutulis. Memasuki ramadhan ke-19, apa saja yang sudah kulakukan? Waktu berjalan begitu cepat, seperti apa aku ingin menghentikannya sejenak, aku tak punya kuasa. Ataukah aku yang sebenarnya membuang waktuku dengan sia-sia sehingga aku tak menyadarinya. Akhir-akhir ini merindukan banyak hal, merindukan banyak orang yang pernah ada dalam hidupku. Sebentar lagi Idul Fitri, terasa sangat biasa. Sungguh berbeda ketika aku masih kanak-kanak. Aku selalu menghitung hari-hari yang berlalu begitu lama. Menanti Idul Fitri dengan penuh suka cita. Aku kehilangan semua itu.

Ramadhan ketujuh, ya... Ramadhan ketujuh tanpa ayahku. Bahkan aku sudah lupa cara memanggil 'bapak'. Terakhir kali aku berbicara dengan bapak.... Aku bahkan tidak mengingatnya, kecuali saat bapak masih di rumah sakit sebelum Allah swt menentukan keputusan-Nya. Aku tak pernah lupa, apa doa terakhirku selama bapak masih hidup. Doa terakhirku di rumah sakit, sebelum aku kembali ke madiun. Aku berbohong jika aku baik-baik saja. Kenyataannya, sampai detik ini aku selalu berharap jika aku masih diberi satu kesempatan sekali lagi untuk berdoa demi kesembuhan bapak. Aku berbohong jika aku selalu tersenyum saat aku menceritakan tentang bapak. Kenyataannya, aku selalu menahan erat air mataku ketika kusebut namanya. Pernahkah kau merasa kehilangan? Kehilangan yang juga diikuti perasaan menyesal. Perasaan yang selalu kau tutup rapat, dan hanya kau ceritakan pada Sang Pencipta. Perasaan yang selalu membuatmu menangis setiap kali kau bersujud memohon ampunan. Berapa banyak aku berusaha ikhlas, berapa banyak aku merasa menjadi anak yang belum berbakti. Dan akhirnya, aku tetap sama saja... 

Pernahkah kau ingin memutar waktu, berharap diberi satu kesempatan untuk meminta maaf dan mengatakan bahwa kau sangat mencintainya?  
Stupid... how stupid me....
Apakah aku berpikir bahwa keadaan akan lebih baik jika waktu diputar kembali? Apakah aku berpikir aku bisa membuat rencana yang lebih baik dari Allah swt? Sungguh betapa kenaifanku tak pernah berhenti.... Bukankah aku belajar banyak hal sekarang, belajar untuk lebih mencintai ibuku lebih dan lebih, belajar untuk lebih bersyukur selalu dan selalu, belajar untuk lebih menghargai waktuku bersama orang-orang di sekitarku. Betapa Allah swt selalu menunjukkan cinta-Nya kepadaku, dan aku masih saja berharap mampu memutar waktu....  

Dad and Kiki
Akan kuceritakan kepadamu, sedikit tentang sosok yang kupanggil bapak. Tentu saja, aku akan bercerita dengan tersenyum, kenapa? karena sosok ini selalu memberiku kebahagiaan. Bahkan jika aku diberi kesempatan untuk lahir kembali, aku ingin sosok inilah yang menjadi bapakku, bukan yang lain. Terima kasih ya Rabb.... karena Engkau telah menjadikan sosok ini sebagai bapakku. Bapak, seseorang dengan tinggi kurang lebih 175cm kurus dan berkulit gelap. Hehehe... fisik inilah yang menurun kepadaku. Tidak banyak bicara, namun setiap perkataan beliau selalu membuatku terkagum-kagum. Bapak, seseorang yang sejak aku kecil selalu mengajakku pergi kemanapun beliau pergi dan mengajariku nilai-nilai kehidupan. Apa yang selalu dikatakan bapak adalah 'kebaikan dibalas kebaikan itu biasa, kejahatan dibalas kejahatan itu juga biasa, tapi kejahatan dibalas kebaikan itu luar biasa'. Kata-kata ini seperti magic bagiku, terdengar begitu keren. Bapak, sosok inilah yang selalu mengajariku untuk tidak pernah memiliki rasa iri, maupun dendam kepada orang lain. Mengajariku untuk memaafkan dan memahami sifat orang lain. Setiap hari-hariku yang kulewatkan bersama beliau, beliau selalu menyelipkan kata-kata magic yang membuatku terpesona. Setiap kejadian yang kuceritakan kepada beliau selalu ditanggapi dengan sudut pandang yang berbeda. Bapak, sosok yang tak pernah membentakku sekalipun maupun memarahiku. Tapi aku tahu kalau kedua kakakku dulu sering dibentak dan dimarahi, hehehe. Entah karena aku satu-satunya anak perempuan beliau, atau karena aku waktu itu anak bungsu. Beliau begitu memanjakanku. Menjadi sahabat terbaikku. Bapak, aku pernah melihat kekecewaan di mata beliau. Dan aku tak akan pernah melupakan itu. Semester satu, kelas 1 SMA. Pengambilan rapor. Pertama kalinya, dan juga terakhir kalinya pada masa-masa SMA-ku beliau datang ke sekolahku, dan yang kudapati adalah sorot mata kekecewaan. Tak banyak bicara, hanya diam, meskipun aku tahu arti kediaman beliau, aku masih keras kepala tak mau mengalah. Itu bukan salahku. Itulah yang ada dalam pikiranku saat itu. Hingga menjelang kelulusan SMA, aku tahu akhirnya bapaklah yang mengalah padaku. Dengan kata-kata beliau 'bapak tidak mempermasalahkan nilaimu. Yang terpenting adalah kamu lulus disetiap apapun yang kamu inginkan meskipun itu dengan nilai terendah sekalipun'.

Bapak, sosok yang semakin aku dewasa aku semakin sedikit berbicara dengan beliau. Sibuk dengan kegiatanku bersama teman-temanku. Bahkan aku tak memiliki waktu lagi untuk sekedar berbincang sepanjang perjalanan pulang sekolah ketika beliau menjemputku. Bapak, sosok yang masih sama sejak aku kecil dengan badan kurus dan kulit gelap, pecandu rokok meskipun begitu keras melarang kedua kakakku untuk merokok. Sosok yang terlihat garang jika marah, namun lembut dan penuh kasih sayang. Sosok yang disegani karena keras, namun berhati malaikat. Peraturan bapak adalah peraturan yang harus ditaati seluruh penghuni rumah, tanpa kecuali. Bapak, sosok yang semakin tak berbayang saat aku dewasa. Namun, masih kukagumi setiap tutur katanya. Aku bahkan tidak pernah tahu, pernahkah bapak merasa kehilangan anak-anaknya? Semakin aku dewasa, aku semakin sedikit waktu untuk beliau. Hingga akhirnya adikku lahir, mengisi kembali hari-hari bapak dengan tawa. Menggantikan posisiku si anak bungsu. Membawa kebahagiaan untuk bapak dan ibuku. Lagi.... maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan. Meskipun Tuhan mengambil bapak, namun Tuhan memberikan kiki sebagai kebahagiaan kami. Meskipun aku ingin memiliki keduanya, aku tahu aku tak boleh egois.....


Pernahkah kau merasa begitu kehilangan...
Namun ketika kau melihat sekitar....
Ada banyak hal yang kau sadar...
Betapa kehilanganmu tidaklah seberapa.....


Komentar

Postingan populer dari blog ini

INTROVER

WEEKEND... ALUN-ALUN KOTA MADIUN SEASON

WEEKDAYS.... CANDI SADON PART