SEBUAH PROSES

Madiun,
Menunggu Adzan Isya' berkumandang
Dan masih di kantor....


Desember... Bulan yang sibuk....
Jam segini masih di kantor. Sudah sejak akhir Oktober lalu sebenarnya sering tinggal di kantor lebih lama. Bahkan sempat membawa kerjaan ke rumah. Bukan kebiasaanku sebenarnya. Jadi ketika aku sudah di rumah, sebisa mungkin aku tidak mau terganggu oleh pekerjaan. Tetapi karena akhir Oktober ada hal-hal di luar kendali kita yang menyebabkan mau tidak mau harus kejar tayang, berjibaku seorang diri berusaha menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Pagi hingga malam. Ketemu pagi lagi, hingga malam lagi. Meskipun weekend juga dihabiskan di kantor, masih saja pekerjaan serasa tidak ada habisnya. Lelah? Pasti... Lelah fisik, lelah pikiran, lelah hati. Awalnya mengeluh, sangat mengeluh. Protes sana-sini. Bagaimana mungkin seorang diri menyelesaikan beberapa pekerjaan sekaligus. Sempat merasa kesal dengan diri sendiri, merasa apa yang kulakukan serasa sia-sia karena kenyataannya, hampir semua pekerjaan yang kutangani selesai tanpa proses yang matang dan kebut-kebutan. Merasa tidak ada pekerjaanku yang bisa kuselesaikan dengan baik. Tapi alhamdulillah... semua itu hanya sebuah proses. Proses dimana Allah swt mengajariku arti keikhlasan lagi dan lagi. Proses dimana Allah swt sedang ingin membersihkan apa yang kumakan selama ini. 

Berat memang, tapi hanya di awal saja. Ingin mengeluh dan menangis, tapi tidak tahu ke siapa. Sendirian juga di ruangan, tidak ada partner kerja. Atasan sibuk dengan tugas lain. Meskipun sempat merasa jengkel, tapi sekali lagi... itu hanya sebuah proses. Pertengahan November terlewati, semua sudah dalam kendali. Sudah mulai terbiasa dengan rutinitas yang tiada habisnya. Double pekerjaan, tidak masalah. Mendapatkan teman seruangan, atasan yang mulai ikut menghandle pekerjaan. Sekali lagi, Allah swt sedang membersihkan apa yang kumakan.  Semua orang juga tengah dalam pekerjaannya masing-masing. Sibuk dengan tugas masing-masing. Semua memiliki tekanan sendiri. Target-target akhir tahun yang mencekik. Tapi kembali lagi... itu hanya sebuah proses. Masalah satu per satu bermunculan. Reaksi yang berbeda-beda. Menyalahkan siapa dan siapa tanpa tahu tujuannya. Amarah keluar satu per satu, tanpa tahu ditujukan ke siapa. Bersinggungan satu sama lain, dengan alasan masing-masing. Merasa benar sendiri dengan alasan masing-masing. Akhirnya hanya bisa tersenyum. Alhamdulillah... dan sabar itu lebih baik bagimu....

Maka... deadline, teguran, omelan, teriakan-teriakan, kertas-kertas yang tiada habisnya, rutinitas yang melelahkan, bahkan waktu untuk orang-orang tercinta ikut terampas... Jangan mengeluh. Berbahagialah. Kenapa? Karena itu artinya kita masih hidup dengan semua panca indera kita. Dan ketika kita masih hidup, tidak ada rahmat Allah swt yang terputus. Berbahagialah. Kenapa? Karena kita masih memiliki orang-orang yang mengerti kita, yang mengerti pekerjaan kita. Anak-anak kita, suami/istri kita, orang tua kita, teman-teman kita, dan siapapun yang sadar atau tidak sadar mereka sebenarnya selalu mendukung kita. Memberikan semangat kepada kita untuk bisa menyelesaikan pekerjaan ini. Yang mau menerima kita dengan segala keterbatasan kita. 

Jangan hanya karena satu dua orang yang tidak menyenangkan membuat kita melupakan orang-orang yang secara diam-diam terus mendukung kita. Tanpa pernah meminta balasan apapun. Yang hanya melihat kita tersenyum lega karena berhasil melewati proses ini, mereka ikut tersenyum dan memeluk kita sembari mengucap "we love you...". Sekali lagi... ini hanya sebuah proses. Proses dimana kita dilatih untuk belajar memahami orang lain, mengenal orang lain dengan lebih baik. Proses dimana kita dilatih untuk ikhlas menjalani segala konsekuensi. Proses dimana kita dituntut untuk menjadi diri sendiri, menunjukkan semua sisi baik dan buruk diri kita.

Dan ketika kita mampu melewati proses ini.... percayalah... kita akan lebih menghargai waktu senggang kita. Kita akan lebih menghargai waktu yang Allah swt berikan kepada kita bersama orang-orang tercinta. Betapa menakjubkan cara-cara Allah swt mengajari kita untuk memanfaatkan semua potensi dalam diri kita. Inilah hidup yang penuh kesempurnaan, bukan hidup yang penuh ketidak adilan seperti yang selama ini selalu kita pertanyakan. Allah swt itu ada. Yeah.... aku percaya.


"....Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." 
(Q.S Al-Hadid : 4)

"Maka bersabarlah untuk melaksanakan ketetapan Tuhanmu....."
(Q.S Al-Insan : 24)

"Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan mulia"
(Q.S Asy-Syura : 43)


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

INTROVER

WEEKEND... ALUN-ALUN KOTA MADIUN SEASON

WEEKDAYS.... CANDI SADON PART